27/10/16

Ketetapan Hati

Hari ini Allah menunjukkanku banyak peristiwa yang membuatku mengambil hikmah.

Kejadian yang menimpa sahabat sekaligus guruku, Bunda Nia, sungguh suatu tamparan besar buatku. Kejadian yang menguatkan kebenaran suatu ayat yang kurang lebih isinya: bahwa tidak akan seseorang memperoleh surga tanpa melewati ujian demi ujian.

Allah sedang menguji Bunda Nia dengan ujian yang sesuai dengan tingkatnya. Menguji keikhlasannya meniti jalan dakwah.

Dan aku? Awalnya aku merasa kecil, malu, bahwa apa yang kualami ini ngga ada sepersekiannya dari yang dialami Bunda Nia

Tapi kemudian seorang sahabat, Ambu Firda, punya pendapat lain. Tiap orang mendapatkan ujiannya masing masing. Dan inilah ujianku. Pola interaksiku dengan suami yang masih belum bisa saling memahami. Juga kondisi pribadi yang masih belum selesai urusannya. Karena bawaan kami yang memang sulit terbuka satu sama lain.

Dan sepanjang sore, dorongan untuk menyampaikan apa yang selama ini kupendam sudah mencapai titik tak tertahankan lagi. Aku sebenarnya tidak tega melihat dia yang kecapekan dan ngantuk. Tapi masalah ini harus selesai. Kalau tidak, bagaimana aku nanti menjalankan peranku? Pastinya berpengaruh kepada interaksiku dengan anak anak. Dan lebih parah lagi, kesalahpahaman semakin berdampak buruk kepada interaksiku dengan suami.

Alhamdulillah... Kami sudah bicara dari hati ke hati. Mengungkapkan apa yang selama ini terpendam. Mempertanyakan apa yang selama ini jadi pertanyaan yang hanya tersimpan.

Aku bersyukur ada kesempatan bicara. Jadi aku bisa lebih memahami kondisi dan kemampuannya. Dan aku bisa legowo untuk tidak menuntut harapan yang selama ini kusimpan.

Bismillah... Semakin menguatkan niatku, untuk menjalani peranku sebagai istri dan ibu dengan lebih optimal lagi.

Karena, tanpa aku sadari, apa yang selama ini dilakukan suamiku adalah sesuatu yang luar biasa besar nilai pengorbanannya demi keluarga.

Ia memang tidak mengungkapkan secara verbal dan non verbal. Tapi menunaikannya dalam bentuk tanggung jawab. Dan itu semakin kupahami setelah pembicaraan malam ini.

Setelah malam ini, dengan segala daya upaya yang hanya dariNya, aku kuatkan niat untuk menemaninya, melayaninya, menentramkannya, mendukungnya, dan membantunya mewujudkan apa yang menjadi impian dan harapannya. Tidak untuk mengharap balasan darinya. Semata-mata karena mengharap ridho Allah. Cukup itu saja tujuannya. RidhoNya.

Semoga Allah kuatkan aku.
Semoga istiqomah.
Semoga Allah selalu tuntun niatku supaya tetap lurus adanya.

Tidak ada komentar:

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...