Aku memang aslinya orang yang introvert, canggung dalam pergaulan sehingga ga mudah bergaul, insecure, temperamental. Ingat dulu selama masa kecil sampai sekolah aku tipe anak yang sulit secara emosi dan sosial. Aku cengeng, mudah ngambek. Sejak SD sampai SMA aku adalah anak pendiam, pemalu, ngga pedean. Ya Allah pokoknya semua sifat buruk ada di aku. Mau berubah itu sulit banget.
Tapi mulai SMA kelas 3 aku mulai kebantu dalam pergaulan karena ketemu dengan teman-teman yang baik, mau berteman dengan aku yang ngga luwes bergaul. Semakin berkembang lagi ketika kuliah. Teman-temanku, baik setingkat maupun kakak tingkat, semuanya baik. Mereka bantu aku berkembang dan belajar banyak hal.
Lalu setelah menikah, masa yang paling aku ingin ulang kembali adalah ketika anak pertamaku sekolah di Sekolah Alam Tangerang, dan tinggal di Jl. Albasia Taman Royal 3. Masa-masa ini, alhamdulillah aku dikelilingi orang-orang baik dan ramah. Baik beneran baik dan tulus. Aku berhubungan baik dengan sesama wali murid di sekolah anak pertamaku itu. Aku bahkan tergabung dalam kepengurusan komite selama kurang lebih 4 tahun di sana. Aku ikut banyak kegiatan bersama keluarga besar Sekolah Alam, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti camping bersama. Walau aku masihlah orang yang canggung sebenarnya, tapi aku masih berusaha untuk mengatasi perasaan ini. Di lingkungan tetangga pun hubunganku dengan mereka cukup baik. Aku sering ikut arisan ibu-ibu, dan kegiatan sosial lainnya.
Menjelang kelulusan anakku dari SD, aku mulai jarang ke sekolah tapi masih datang ke kajian sesama wali murid. Kegiatan mengikuti kajian itu masih aku ikuti sampai akhirnya pandemi melanda. Mulai saat itu, kegiatan kajian dilakukan online. Di lingkungan rumahku, selama 9 tahun aku di sana, mulai 4 tahun terakhir aku mulai berkurang ikut kegiatan arisan, mulai jarang main sore. Mager di rumah. Endingnya, aku pindah dengan begitu saja, tanpa perpisahan yang indah. Ini yang kusesali sekali sampai sekarang. Bukan mauku juga, tapi sebenarnya aku masih punya pilihan. Ya Allah.... udahlah itu aku nyesel banget sampai sekarang. Sudah dikasih sama Allah lingkungan tetangga yang baik, yang ngga ada drama-drama, eh... aku ngga bisa menjaganya.
Penyesalan kedua adalah sejak aku pindah di November 2021, aku sulit ikut kajian dengan teman-teman sesama alumni wali murid. Mereka itu udah kaya sahabat buat aku, tapi aku ngga bisa merawat tali persahabatan dengan manis. Kendalanya di kemampuan komunikasi yang sangat kurang, rasa insecure yang belum bisa hilang ini, dan karakter introvertku. Sebenernya ngga semua introvert itu suliat bergaul. Banyak para introvert itu bisa punya kemampuan komunikasi yang bagus, dan masih bisa menjalin networking yang baik. Tapi, introvertku ngga berdiri sendiri. Ada masalah tidak percaya diri (insecure), ada mental block yang belum bisa aku singkirkan.
Di awal-awal kepindahanku ke Legok, aku masih berusaha untuk menjalin komunikasi dengan tetangga sebisaku. Aku merasa, orang-orang di sini walau baik, tapi ngga seramah di Albasia, ngga se-welcome di Albasia. Ya memang ini cuma aku rasakan sendiri, karena memang masalahnya di aku. Aku merasa lebih sulit berbaur dengan tetangga di sini, lebih ngga tau mau ngobrolin apa sih. Alhasil, mulai akhir-akhir 2023 menjelang 2024, aku sudah mulai males bersosialisasi. Menghindari ketemu tetangga di luar, males beramah-tamah. Awalnya aku merasa nyaman ngga perlu mengeluarkan energi untuk bersosialisasi dengan tetangga dengan menjalani hidup dalam 'persembunyian' ini. Lama-lama, aku malah jadi tambah kesepian. Merasa bukannya jadi pribadi yang lebih maju dan berkembang, malah makin mundur dan 'layu'. Tambahan lagi, aku masih sulit dapat izin dari suami untuk ikut kajian dengan teman-teman di Tangerang Kota (alumni wali murid) karena jaraknya terlalu jauh dan aku ngga boleh terlalu lama ninggalan Hanan sendiri di rumah.
Di luar kemampuan bersosialisasi dan komunikasiku yang sangat kurang ini, aku juga harus menghadapi sikap anak keduaku yang 'sulit'. Ditambah lagi, menghadapi mentalku sendiri yang juga 'sulit'.
Setelah aku pikir-pikir ulang, aku memang terlalu lemah menghadapi kelemahanku sendiri. Aku membiarkan kelemahanku mensabotase diriku terus menerus, tanpa menguatkan diri untuk melawannya.
Jadi kalau ada resolusi yang harus aku buat di tahun 2025 ini adalah:
1. Menguatkan diri untuk melawan
Jadi....
Aku harus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar