24/11/17

Think Creative!

Kemarin pulang kantor, Ayah bawa oleh-oleh ikan kue lumayan besar. Dagingnya tebal. Wah, padahal udah masak juga, sayur dan udang. Di rumah juga cuma bertiga. Ibuk kalau malam malas makan protein hewani (tsah).

Dan benar, makan malam menyisakan udang setengah dari yang saya masak, dan 3/4 ikan kuehnya. Masuk kulkaslah mereka malam itu.

Besoknya... Males kan ya, makan udang dan ikan kueh yang statusnya udah sisa (ehmmm gayaa). Saat itulah dibutuhkan sedikit kreativitas untuk 'mendaur ulang' makanan itu menjadi makanan baru. Kupas dan potong bawang merah, iris cabe hijau dan merah, plus keluarin bumum teriyaki. Tumis, masukin udang dan suwiran ikan kuehnya...

Jadilah masakan baru. Sayang ngga kefoto. Kelemahan saya, suka males motoin makanan. Tapi suerr bukan hoax. Hihihi... Selamat bereksperimen dengan makanan sisa. Selama masih dalam kondisi baik, ngga berubah rasa dan tekstur, ayo berkreasi.

19/11/17

Think Creative! #6

Day 6
Pagi ini, Ibuk sudah siapkan sarapan berupa nasi putih, lengkap dengan lauk dan sayur.

Tetiba, Adik Hanan keluar dari kamar, minta dibikinkan nasi goreng. Duuh... Mana sempar lagi. Karena harus siapkan bekal untuk ayah yang mau berangkat ke kantor,  dan Mas Zafir yang mau sekolah.

Eh, teringat kalau tadi malam beli pecel lele dan sambalnya masih banyak. Cukuplah untuk bikin 2-3 porsi nasi goreng.

Sip, langsung eksekusi. Hanya perlu panaskan minyak, tumis sambal pecel lelenya, tambahkan sedikit garam, lalu masukkan nasi putih. Selesai dalam waktu kurang lebih 5 menit.

Adik Hanan.... Nasi goreng Kilat sudah siap.

11/11/17

Think Creative! #4

Beberapa hari yang lalu, sepulang dari rumah Yangti, dibawainlah hasil kebun lumayan banyak. Hasil kebun Yangkung di Sukabumi. Ada sukun, pisang tanduk, singkong. Alhamdulillah....

Dasar Ibu males ke dapur, pisang diolah standard aja, digoreng tepung. Itu aja anak-anak udah pada suka. Kalau Mas Z suka ditambahin toping susu kental manis, Si Hanan suka toping meises. Duuh.... Anak-anak ini, pisang goreng begitu aja udah enak, kok!

Nah singkong ini kudu agak kreatif dikit. Digoreng biasa, ngga pada suka. Mending diolah yang lain. Karena singkongnya banyak, dibikin dua olahan. Kolak singkong dan misro. Hmmm anak-anak ngga begitu doyan tetep, tapi dapat apresiasi khusus dari Si Ayah. Hmmm.... 

Ngga kefoto ih.... Merasa itu bukan hal yang baru jadi udah aja ngga kefoto. Tapi bagi Ibuk yang malas ke dapur, itu hal baru. Hihihi....

Think Creative! #5

Sudah sejak lama... Mengimpikan bisa duduk manis depan laptop dan membuat tulisan. 

Alhamdulillah kesempatan itu datang hari ini.
Ayah hari ini kuliah, dan anak-anak main ke rumah Yangtinya di Jakarta. Ibuk putuskan untuk mengisi hari ini dengan memanjakan diri dan menulis. It's my Me Time... 

Ada sejumlah daftar lomba blog yang ingin Ibuk ikuti. Alhamdulillah sudah selesai satu tulisan. Berlanjut ke tulisan berikutnya. Ayo Ibuk, tunjukkan kreativitasmu melalui tulisan!  Semangat! *tepuktepukpundaksendiri




10/11/17

Mengenali Kebutuhan Diri

Dalam menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga, merasakan kejenuhan dan kebosanan adalah hal yang tak terhindarkan. Inginnya bisa mengerjakan semua pekerjaan tapi serasa 24 jam itu ngga cukup. Terkadang,  kejenuhan itu coba ditepis dan diabaikan. Mau mengeluh kepada suami, rasanya ngga tega karena suami juga sudah bekerja plus kuliah. Mau minta supaya ada asisten rumah tangga yang bantu cuci setrika dan bebersih, ternyata upah ART jaman now juga udah tinggi. Ngga tega minta suami keluar uang lagi untuk ART. Kalau ada waktu, alhamdulillah ayah bantu mencuci dan bebersih. Tapi tentu ngga bisa setiap hari, menyesuaikan dengan waktu luangnya.

Cara diri ini mengabaikan jenuh itu adalah dengan terus mengerjakan rutinitas ini seadanya, dan hasilnya sering ngga maksimal. Kalau pas iman sedang naik, bisa lebih ikhlas mengerjakan pekerjaan-pekerjaan, dan lebih rapi. Tapi subhanallah yaa, memang iman manusia itu naik turun, hati itu mudah bergoncang. Ketika hati entah diselimuti mood swing yang tak terkendali, ku hanya bisa terus berdoa dan mengerjakan seadanya, semampunya.

Alhamdulillah suami orang yang sabar, baik, dan ngga pernah mengeluh atau protes dengan rumah yang berantakan, masakan yang seadanya, dan istri yang ngga dandan cantik. Walau seharusnya suami mendapati hal yang sebaliknya, yaitu rumah yang rapi, masakan yang enak, dan tampilan istrinya yang menarik.

Tapi tubuh dan batin kalau udah teriak jadinya mogok. Burn out. Susah diajak kerjasama. Mau ngerjain apa-apa udah lemes duluan. Lihat setrikaan segunung, rumah berantakan, masakan belum siap, rasanya mau nangis. Bagaimana mau membersamai anak dengan hati gembira kalau sebenarnya pengen menjerit. Mau curhat, ngobrol, dan minta Me Time tapi kok ya itu tadi... Suami juga jangan-jangan lebih butuh me time juga karena kegiatan kerja dan kuliah.

Ditambah lagi, diri ini punya urusan yang belum selesai. Aktualisasi diri yang belum pernah tercapai, kebutuhan intimasi yang jarang terpenuhi, keterampilan komunikasi yang masih belum baik (terutama caraku berkomunikasi dengan pasangan), dan kepercayaan diri yang masih rendah. Makin berat rasanya. Intimasi di sini maksudnya kedekatan dan kelekatan hubungan. Hehe, dulu dengan Bapak dan Ibu sepertinya ngga bisa bebas curhatan. Sama kakak laki-laki juga ngga akrab. Alhamdulillah sama adik lebih akrab walau jarang juga curhatan.

Kalau boleh aku making wishes, ada beberapa hal yang kuinginkan bisa kudapatkan.

1. Ngga terikat pekerjaan cuci, setrika, bebersih rumah dan halaman, tapi rumah bisa selalu rapi, bersih, dan tertata.

2. Bisa punya semangat dan tenaga menyiapkan makanan sehat, juga berolahraga.

3. Bisa fokus membersamai Zafi dan Hanan ngobrol, beraktivitas, dan belajar dengan semangat, hati gembira, dan tanpa merasa dikejar waktu.

4. Bisa punya waktu yang cukup untuk sendirian, sekedar membaca dan atau membuat tulisan.

5. Bisa punya waktu yang cukup untuk tadarus, ibadah, menghapal.

Selain itu, ingin bisa lebih dekat, nyaman, dan menyenangkan dengan suami.

6. Ada kesempatan jalan berdua aja untuk sekedar ngobrol, bercanda, gandengan tangan, rangkulan.

7. Berusaha untuk saling bersikap hangat satu sama lain.

8. Saling bercanda dengan satu sama lain, dan dengan anak-anak.

9. Sama-sama terbuka untuk ngobrolin segala hal tentang mimpi dan harapan masing-masing.

Tapi yang namanya wishes belum tentu bisa dipenuhi semuanya. Apalagi berkaitan dengan kebiasaan dan karakter yang sulit diubah.

Tapi semoga, di hari Jumat ini, keinginanku bisa menjadi doa yang diijabah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Membicarakan Pernikahan

Sesekali, coba buka percakapan dengan pasangan membicarakan kembali tentang pernikahan.

Lalu minta pasangan menjawab dengan jujur.

Apa yang pasangan kita harapkan dari sebuah pernikahan?

Apa hal dari diri kita yang membuat pasangan kita bahagia? Hal apa yang diharapkan dari pasangan kita untuk kita lakukan?

Apa yang pasangan kita lakukan yang kira-kira membuat diri kita senang, bahagia? 

Apa menurut pasangan kita, arti dari sebuah komunikasi dalam pernikahan.

08/11/17

Think Creative! #3


Sebagai ibu dari seorang anak homeschooler, harus rela waktunya didedikasikan untuk mendidik anak. Selain itu, ya mau ga mau dipaksa untuk menemukan strategi belajar yang pas menyesuaikan dengan gaya belajarnya.
Hanan bukan tipe anak yang suka sekolah. Bahkan semangat belajarnya pun masih kurang. Suka sedih dan baper kalau mengajaknya belajar tapi tanggapannya tidak semangat. Well... Awalnya Ibuk ngga mau memaksanya belajar dengan kondisi duduk tenang menghadap meja. Tapi, untuk mempelajari sesuatu yang membutuhkan kemampuan menghafal, Hanan harus dikondisikan seperti itu.
Misalnya belajar warna, angka, dan huruf. Hal-hal dasar ini sempat saya ajarkan sambil bermain, tapi tidak efektif. Lalu dengan mengadaptasi metode Iqro' dan duduk tenang, alhamdulillah menampakkan hasilnya.
Oya, sekarang usianya sudah 7 tahun 3 bulan. Ibuk rasa memang sudah saatnya Hanan mempelajari hal-hal dasar seperti warna, membaca, dan berhitung dengan lebih intens. Kalau anak-anak lain seusianya mungkin sudah ada yang lancar berhitung, mengenal warna,  dan membaca, Ibuk tidak ambil pusing. Yang terpenting adalah melihat perkembangan dan peningkatan Hanan dari tahun ke tahun. Dan alhamdulillaah ada perkembangannya walau dengan kecepatannya sendiri.
Sekarang Hanan sudah mengenal warna dengan baik. Sudah bisa berhitung 1-10, dan sedang terus belajar angka berikutnya, yaitu 11, 12, 13, dst. Sudah mengenal huruf vokal, dan sedang belajar membaca suku kata. Mengajinya pun sudah sampai buku Iqro' dua.
Sekarang,  setelah dia tau warna dan angka, Hanan sukaa sekali menyebut warna-warna pada benda yang ditemuinya. Dia juga suka membaca angka-angka yang dia temui ketika di perjalanan, di kemasan makanan, di buku, dan lainnya. Membaca ini yang masih jadi PR. Sebenernya, dia bisa, tapi kalau semangatnya ngga tinggi, konsentrasinya pun buyar.
Akhirnya Ibuk coba membuat video untuk membuat suasana berbeda. Video a la a la buatan Ibuk supaya Hanan ngga terlalu jenuh dengan pelajaran membacanya. Sebenernya banyak, sih, aplikasi di Google Play yang temanya membantu belajar membaca. Cuma, karena sudah baku dari si pembuatnya, suka kurang pas dengan apa yang sedang dipelajari Hanan. Jadi Ibuk pun membuat video belajar membaca yang disesuaikan dengan apa yang sedang Hanan pelajari.
Berikut videonya (kalau suaranya cempreng, maafkaan ).
#Tantangan 10 Hari
#Level 9
#Kuliah Bunsay IIP
#Think Creative

06/11/17

Think Creative! #2

Day 2

Kalau boleh, untuk tantangan hari kedua ini, saya ingin share pengalaman berpikir kreatif dengan menerapkan EMISOL (Empati, Imajinasi, Solusi) terkait dengan cara belajar Hanan.

Seperti biasa, Hanan belajar membaca berhitung di rumah bersama Ibuk. Ketika sudah mulai bosan, Ibuk kemudian membiarkan Hanan dengan aktivitas yang dia senangi dulu.

Tantangan mengajak Hanan belajar adalah, semangat belajarnya yang masih harus dipompa terus menerus. Jadi, Ibuk pun mencoba mengikuti ritme belajarnya. Selain itu karena daya ingatnya yang kurang, membuat Ibuk mencoba mencari cara yang menarik supaya Hanan mau mempelajari sesuatu dan membuat dia bisa mengingat dengan baik.

Ibuk mengamati, Hanan bisa mengingat huruf hijaiyah dengan metode Iqro'. Karena di situ banyak pengulangan sekaligus latihan memori. Ibuk lalu mencoba mengadaptasi metode Iqro' untuk belajar mengingat warna, angka, huruf. Alhamdulillah.... Sejauh ini, adaptasi metode Iqro' ini cukup efektif bagi Hanan. Awal Juli 2017, Hanan belum bisa konsisten menyebutkan warna dengan benar. Hanya menebak. Sekarang, alhamdulillah Hanan bisa menyebutkan warna-warna merah, kuning, hijau, biru, coklat, hitam, ungu, putih dengan baik.

Itu mungkin termasuk penerapan prinsip. EMISOL a la Bang Ferzal.

Nah, sekarang dia mulai bosan dengan rutinitas belajar setiap pagi. Ibuk lalu berpikir, untuk kembali mengikuti ritme Hanan lagi.

#Tantangan 10 Hari
#Level 9
#Kuliah Bunsay IIP
#Think Creative

Think Creative! #1

Day 1

Kami sekeluarga sedang mempersiapkan acara pertemuan keluarga besar di rumah Yangti Yangkung. Ada sepupu Hanan bernama Alesha yang usianya 2 tahun.

Ibuk, Yangti, Mama Alesha, dan Tante Vivi sibuk menyiapkan makanan. Hanan dan Alesha ikut nimbrung. Awalnya sama-bermain baki stainless punya Yangti. Lama-lama jadi berebutan.

Kalau sudah begitu, susah dipisahin. Pasti ada aja yang nangis. Dan strateginya adalah...
"Hanan, Zhafi, pada main air seru kayanya, " Ibu nyeletuk.
"Iya, mainan air di belakang sana, Alesha," tambah Mama Alesha.

"Ayoo... Ayooo....," Hanan teriak dengan sukacita.
"Ayo, mas Zafi, main semprot air! "ajak Hanan ke masnya.
"Ya udahh, yoo yooo...," jawab Si Masnya dengan kalemnya.

Begitu mulai semprot-semprot air, Si Kecil Alesha pun ikutan ke belakang. Ngga lama kemudian, terdengar suara tawa gembira ditimpali suara semprotan air.

Anak-anak gembira, emak-emaknya lega bisa kembali berkutat ke persiapan acara.

#Tantangan 10 Hari
#Level 9
#Kuliah Bunsay IIP
#Think Creative

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...