08/05/18

Menulis Adalah Terapi #1

Sepanjang hidupku, aku merasa pergolakan tak pernah henti. Konflik tak pernah jemu berkecamuk dalam hati, dalam jiwa. Mempertanyakan siapa aku sebenarnya. Apa impianku dalam hidup. Apa yang ingin kucapai. Seberapa berharganya aku? Mampukah aku? Layakkah aku mendapatkan apa yang aku inginkan.

Aku selalu patah hati setiap kali kumerasa tak kudapat dukungan dari orang-orang terdekatku. Aku selalu merasa salah langkah salah bicara salah sikap. Aku hampir selalu merasa benci diriku. Aku hingga saat ini belum bisa menerima diri ini sepenuhnya. Aku hampir selalu merasa kehabisan energi. Untuk diriku sendiri dan tak tersisa lagi energi untuk orang-orang yang seharusnya aku kasihi. 

Bukan... Bukan ingin mengeluh. Hanya ingin menuliskan demi menemukan tempat ku bisa melepaskan kegundahanku. Kegundahan yang sama terjadi tahun demi tahun. Dari sejak usia kanak-kanak, remaja, beranjak dewasa, hingga sudah hampir paruh baya. Sungguh tersiksa rasanya. Tak ada sahabat, tak juga teman bicara, suami pun tak bisa sepenuhnya memahamiku. Bukan salahnya. Tak ada yang bisa memahamiku, aku memang sulit dimengerti, bahkan oleh diriku sendiri. 

Siapa sahabat yang bersedia hadir sepenuh hati menemaniku? Tak ada. Bahkan suamiku bisa jadi adalah orang tersabar di dunia karena mampu bertahan hidup denganku hampir dua belas tahun. 

Yang membuatku sedih adalah... Aku selalu takut karena sudah mewariskan kegundahan ini ke anak-anakku. Aku tidak ingin mereka tumbuh dewasa dengan kondisi seperti diriku. Aku ingin, aku berharap, mereka tumbuh dewasa, menjadi penebar manfaat, menjadi pribadi yang matang, yang optimis, penuh syukur dan bahagia menjalani kehidupannya, serta bersemangat mengejar akhirat yang baik.  

Aku ingin jadi baik. Aku ingin jadi pemberi manfaat. Aku berharap Allah memberiku kemudahan, kekuatan, dan semangat bagiku berbuat kebaikan terus menerus. 

04/05/18

Al Qur'an Adalah As Syifa - Sharing Pengalaman

Ada sedikit memori di akhir 2017 kemarin. Sedikit cerita pengalaman tentang Al Qur'an dan doa sebagai penyembuh (As Syifa).

Beberapa waktu lalu, Hanan kena cacar air. Di hari ke 9, sakitnya bersambung dengan batuk pilek. Sebelum batuk pilek, sempat demam tinggi. Sempat muntah dan diare juga. Penyakit-penyakit yang umum terjadi sama anak-anak. Tapi,  kalau demam tinggi tanpa asupan cairan yang cukup, resikonya dehidrasi. Dan itu pernah terjadi dulu yang berujung dirawat di ICU (Intensive Care Unit). 🙁

Sejak Rabu malam, suhu tubuhnya panas tinggi. Beberapa kali terbangun dari tidur, mungkin akibat rasa nyeri dan pusing yang menyertai demamnya. Si Ayah mengkompres dengan air hangat terus menerus. Saya bujuk minum air putih tapi hanya beberapa teguk air saja yang mau diminumnya. Saya bujuk untuk minum obat penurun panas, dijawabnya dengan gelengan kepala dan mulut yang ditutup rapat. 

Setelah mencoba terjaga untuk mengompres dan memantau kondisinya, juga karena dia terbangun beberapa kali, akhirnya obat dipaksa masuk. Baru bisa tidur akhirnya. 

Keesokan harinya, sepanjang pagi hanya mau tidur saja. Sesekali berceloteh tapi matanya sayu dan tubuhnya lemas bikin saya khawatir. Berkali-kali saya bujuk untuk minum lebih banyak dan minum obat penurun panas. Tapi kuat sekali penolakannya. Untungnya, ia masih mau makan walau hanya beberapa suap. Sekali minum lumayan banyak, dan obat berhasil masuk, tidak lama kemudian dimuntahkannya bersama makanan. 

Saya bawa untuk cek darah dan konsul dokter. Dokter menyatakan hasil tes baik, menandakan hanya infeksi virus saja. Suhu tubuhnya saat itu 38 dersel. Menurut dokter, ia mulai dehidrasi ringan. Memang waktu malam, suhu tubuhnya lebih tinggi. Mungkin banyak kehilangan cairan saat itu. Lalu memberi resep cairan pengganti elektrolit yg hilang. Seperti sudah diduga, ia tidak mau meminumnya bahkan sedikitpun. Ia kelihatan tambah lesu hingga tertidur. Sore itu, saya mulai panik. Istighfar ngga berhenti dalam hati dan dengan lisan. Saya putuskan akan membawanya ke rumah sakit karena kondisi yang sudah mulai mengkhawatirkan. Saya telpon suami untuk segera pulang. 

Sambil menunggu, saya hubungi teman yang juga guru Bahasa Arab saya, bunda Nia Firnie, mohon supaya beliau mendoakan. Saya sungguh butuh saran apa yang harus saya lakukan dengan kondisi seperti itu. Olehnya, saya diingatkan untuk bermuhasabah, berpasrah, sambil membuatkan air ruqyah untuk Hanan. Dalam kondisi yang masih panik, saya jalankan nasihatnya sambil mencoba untuk berpasrah dan terus berdoa.

Alhamdulillah, Hanan mau minum walau sedikit-sedikit. 

Ketika di perjalanan menuju RS, saya raba leher dan keningnya, suhu tubuhnya sepertinya turun. Tapi mobil kami tetap menuju rumah sakit untuk mendapatkan penanganan apapun. Sesampainya di UGD, seorang perawat memeriksa suhu tubuhnya, dan angka menunjukkan 36.5 dersel. Dokter bertanya ada keluhan apa. 

Lalu berceritalah saya kepada dokter. Tentang demam tingginya tadi malam, tentang dokter klinik yang menyatakan Hanan mulai dehidrasi, tentang lesunya sepanjang hari ini, tentang kurangnya asupan minuman yang masuk, dan obat yang sulit masuk. Lalu dokter meminta hasil cek darah yang memang hasilnya normal. Alasan kami membawanya ke RS adalah khawatir akan dehidrasi. 

Lalu dokter mengatakan, "Ibu, suhunya normal, hasil cek darah juga baik, jadi tidak ada indikasi harus dirawat."
"Tapi dokter, tadi dokter klinik bilang sudah mulai dehidrasi."
"Iya, bu. Kalau gitu kita lihat 2 hari lagi, ya. Karena kalau sekarang ngga ada alasan anak ibu harus dirawat."

Perasaan saya saat itu bercampur antara bingung tapi juga lega. Sewaktu berangkat Hanan dalam keadaan tidur, ketika perjalanan pulang dia berceloteh seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. 

Dalam hati saya membatin... 
 "Ini semua kuasa Allah, menyembuhkanmu melalui Al Qur'an dan doa guruku yang shalihah."

Rukyah itu sebenernya berkaitan dengan Tazkiyatun nafs, atau mensucikan  diri.
Merukyah diri berarti meminta perlindungan kepada Allah dari segala hal negatif.

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...