30/06/11

Cerita hari ini dan kemarin

Hari ini asisten ngga masuk.
Lumayan berantakan rumah hari ini.
syukurnya, Semua tugas pokok terselesaikan

walaupun
rumah ngga disapu dan ngga dipel,
cucian dianggurin,
ngga ada masak memasak, kecuali bikin makan untuk baby Hanan dan bikin sayur sama goreng tahu buat sarapan pagi,

Alhamdulillah....Zhafi pun kooperatif,
Hanan memang ngga bisa tidur lama, cuma semenit 2 menit
kenapa ya...
Hari ini juga bisa bacain buku cerita buat Zhafi...
sayangnya...Zhafi ngga ngaji tadi.

Ya sudah..semoga besok lebih baik dari hari ini.

Kemarin sudah ajak Zhafi liat salah satu nominasi sekolah barunya, di daerah ini.
Nyempil masuk gang.
Tapi ngobrol ngobrol sama yang punya sekolah
keliatannya cukup melegakan.
Walaupun deg-degan juga karena masuknya jam 7.
Bisa ngga tuh...
Soalnya selama ini dia bangun siang selalu...
aku dan bapaknya pun sulit bangun kurang dari jam 5.

Ya...bismillah...semoga dimudahkan.


21/04/11

Perjalananku Memahami Problem Kesehatan Anak


Hari-hari dalam seminggu ini terasa sangat berat. Hanan rewel. Memang karena sedang sakit. Dan yang membuatku sedih aku tahu dia rewel karena merasa sakit. Ibu mana sih, yang ngga sedih melihat anak menangis karena merasakan sakit. Tapi aku juga harus bergulat secara fisik karena aku harus tahan menggendong dan begadang. Untung disini banyak orang yang bisa dimintai bantuan. Bapak, ibu, si embak yang bisa bantu gentian menggendong.

Alhamdulillah puji syukur ya Rabb, pagi ini tampaknya Hanan sudah mulai merasa nyaman, tidurnya bisa nyenyak meski ditaruh di tempat tidur, tidak selalu digendong. Semoga ini tanda kondisi tubuhnya akan segera pulih kembali.

Aku mau cerita sedikit tentang hikmah yang aku dapat selama perjalanan ini. Apa ya. Yang pertama, aku jadi ‘terpaksa belajar’ tentang ilmu kesehatan.

Sebenarnya sejak awal zhafi lahir. Ketika itu aku mudah sekali terserang rasa panik karena hal-hal yang aku belum pelajari. Aku baru saja jadi ibu, tapi aku kurang atau malah ngga belajar dahulu tentang serba serbi bagaimana pertumbuhan dan kesehatan anak. Sehingga aku ngga tahu apa-apa tentang common problems pada bayi baru lahir, tentang ASI, tentang banyak hal deh. Jadinya ketika ada satu hal yang kukira itu masalah, aku jadi panik dan langsung bawa ke dokter. 
Ya…baru umur 2 hari zhafi kubawa ke dokter karena menurut ibuku, baby Zhafi kurang pipisnya. Dan setelah di bawa ke dokter dan ditimbang di sana, beratnya turun. Dokter anak yang kukunjungi itu tipe dokter yang ‘tampak mudah panik, dan sedikit nakut-nakutin’. Menurutnya ini harus segera ditangani. Dikasihlah obat yaitu tebak…antibiotik. Aku yang belum tahu bahwa berat bayi setelah lahir bisa saja turun dalam 2-3 hari dan itu adalah hal yang biasa, karena lalu akan naik lagi beratnya, langsung ikutan panik. Thanks to that doctor *$#^%@! 
Sampailah di rumah aku minumkan obat-obatan itu ke Zhafi. You know what….dari dalam hati yang paling dalam…aku sebenarnya enggan memberikan obat-obatan itu, apalagi mitosnya antibiotik harus habis. Tapi seingatku, nurani ku menang,dan antibiotik itu ngga kuhabiskan. (Belakangan aku tahu, prinsip minum antibiotik adalah kalau si anak positif terpapar bakteri jahat. Untuk tahu ada bakteri jahat atau tidak harus melalui pemeriksaan laboratorium. Kalau memang positif, baru minum antibiotik dan harus dihabiskan, supaya bakterinya tuntas tersapu bersih. Tapi……kalau tidak ada bakteri, buat apa diresepin antibiotik? Dan buat apa memimunkannya sampai habis. Alih-alih sehat, bakteri baik dalam tubuh malah jadi mati dan bikin tubuh gampang sakit. Belum lagi efek samping yang ditimbulkan oleh bakteri.) 
Back to zhafi’s story. Yang jelas, saat itu sebenarnya zhafi sama sekali ngga perlu dibawa ke dokter. Berat nya yang turun di hari kedua pun sebenarnya hal yang normal terjadi. Dan yang paling kusesalkan….aku sudah memberinya obat yang tak berguna sama sekali di usianya yang baru 2 hari. Saat itu sebenarnya aku merasa ada ngga sreg. Walau itu dibilang obat, tapi aku merasa salah memberikan obat itu ke zhafi.
Tapi karena saat itu internet belum sampai rumah, belum jadi kewajaran ada jaringan internet di setiap rumah, terlebih status finansial kami yang belum jelas karena belum ada penghasilan sama sekali (yang ada hutang), jadi mau pasang internet ga bisa, beli buku juga mikir-mikir. Jadilah….mendapatkan informasi tentang kesehatan anak, ASI dan tumbuh kembang bukan hal yang bsia dengan mudah dilakukan. Kecuali pinjam buku ke teman. Itupun terbatas. 
Dan muncullah kepanikan-kepanikan lain karena ‘masalah-masalah’ baru muncul. Masalah yang sebenarnya lumrah terjadi pada bayi, masalah menyusui yang juga lumrah terjadi. Tapi referensiku Cuma ibu. Padahal ibu (dengan segala hormat) juga tidak banyak mempelajari ilmu-ilmu yang kubutuhkan. Ibu sangat mengandalkan dokter. Referensi lain? Tetangga.Tentu saja informasinya simpang siur, tidak menyeluruh.

Masalah apa aja yang muncul? Seperti kolik, jarang BAB, air susu yang kukira kurang, sehingga aku memutuskan me’nambah’nya dengan susu formula, dan berbagai masalah lain yang andai saja aku sudah pelajari sejak awal ilmunya, aku tahu pasti cara yang terbaik untuk mengatasinya. 

Untungnya setelah itu hampir tidak ada masalah berarti yang membuatku sampai membawanya ke dokter. Tidak ada batuk pilek, tidak ada demam (mungkin sempat demam barang sehari, aku lupa), berat badan juga selalu naik setiap bulan, malah terlihat sangat chubby, serta tumbuh kembangnya terlihat normal dan aktif. Alhamdulillah….di tengah keterbatasanku akan informasi, Allah memberikan nikmat sehat buat bayiku.

Sampai usia zhafi sekitar 6 bulan, yaitu ketika dia mulai makan. Dia mulai batuk pilek. Harusnya sih, ini bukan masalah berarti. Batuk pilek itu biasa, karena virus dan bisa sembuh sendiri. Tapi….aku nggak tau ilmunya. Yang jelas, aku merasa zhafi perlu segera diobati. Dan jadilah aku pergi ke dokter, meski suami sebenarnya merasa belum perlu, tapi karena melihat aku yang udah mutung dan ngambek, akhirnya bersedia bawa zhafi ke dokter. Mulailah kembali perjalanan zhafi dengan obat-obatan, dengan antibiotik, dengan irrational use of drugs.

Yang pasti semenjak itu hampir tiap bulan zhafi batuk pilek, yang mana itu hal biasa. Karena bayi mudah terserang batuk pilek setidaknya 6 – 12 kali dalam setahun. Tergantung kondisi lingkungannya. Kalau saja aku sudah tahu ilmunya, aku nggak akan pernah bawa zhafi ke dokter, karena seingatku, disamping batpil, kondisi zhafi sangat amat sehat. Tapi lagi-lagi, setiap kali batpil, selalu kubawa ke dokter, dan selalu diresepin antibiotik dan puyer. Sebulan sebelum ulang tahunnya, zhafi diare. Kubawa ke dokter dan dapat AB. Sembuh sebentar, sebulan kemudian diare. Diare ini sampai 3-4 kali kubawa ke dokter berbeda yang semuanya spesialis anak. Dan semuanya selalu mengoleh-olehi resep AB dan puyer. Sampai diare yang terakhir ada bercak darah. 
Mau nangissss rasanya. Aku merasa anakku kok gampang sakit sih? Apa yang salah? Dan aku juga merasa setiap ke dokter dan minum obat ngga menyelesaikan masalah dengan efektif. Padahal udah keluar biaya, capek bolak-balik ke dokter. Beruntung, saat itu aku sudah pindah ke Jakarta dan bisa mengakses internet dari rumah. Mulailah perjalananku mencari informasi yang bisa membantuku menjawab pertanyaanku: kenapa anakku gampang sakit? Kenapa dia bisa diare? Kenapa bolak-balik batuk pilek?

Syukurlah, alhamdulillah, penelusuran lewat internet membawaku pada komunitas milis Sehat. Aku join jadi anggota, lalu mulai bertanya perihal anakku. Aku cerita riwayat kondisi sakitnya zhafi. Beruntung pertanyaanku mendapat respon dari pendiri milis itu, Bunda dr. Purnamawati. Dia dengan tegas memintaku untuk menyetop semua obat-obatan terutama AB. Awalnya aku sangsi juga. Kok tanpa melihat dan bertanya banyak tentang kondisi anakku, dia yakin dengan advisnya. Lalu setelah aku baca suatu artikel tentang penyebab diare, dan salah satunya adalah diare akibat pemakaian antibiotik, aku tanpa ragu lagi menyetop obat-obatan dan observasi kondisi anakku dengan teliti. Ditambah dengan asupan pedialite, dan relaktasi kembali, jadi anakku ngga minum susu lain selain ASI. Alhamdulillah diare berhenti dengan sendirinya. Dan anakku kembali sehat. 

Bodohnya aku, setelah kejadian ini, aku bukannya menambah ilmu dan banyak sharing di milis, tapi malah ngurusin yang lain. Milis sehat nggak aku tengok2 lagi. Aku ngga lagi belajar soal kesehatan anak. Aku waktu itu cukup puas dengan ilmuku yang cetek. Yaitu kalau sakit karena infeksi virus ngga perlu AB. Tapi ngga bener-bener mendalami karakteristik penyakit yang banyak diderita anak pada umumnya. 
Sehingga ketika beberapa bulan kemudian zhafi muncul reaksi alergi yang parah di kulit, ketika aku bawa ke dokter, dokternya meresepkan antibiotik oral dengan alasan infeksi di kulit ini bisa ditunggangi bakteri. Akhirnya dengan ilmu cetek yang aku punya, aku ngga punya nyali sama sekali untuk mengajak dokternya diskusi lebih jauh. Dan kutebuslah resep itu. Walau akhirnya ngga sampai hati meminumkan ABnya. 
Jalan pintasnya, aku browsing mencari dokter anak yang cukup RUM, dan aku menemukan nama dr Isabella. Memang dokter ini tampak lebih rasional memberikan resep. Dia tidak sembarangan ngasi antibiotik. Tapi…untuk obat lain seperti obat batuk dan anti histamine masih dia rekomendasikan. Dan yang terpenting, dokter ini mau melayani pertanyaan dengan ramah, dan komunikatif. Tampak ada usaha dari dia untuk bisa memberikan layanan konsultasi kesehatan, walau menurutku belakangan, dia sepertinya kurang RUM juga. Semenjak itu, untuk urusan ke dokter anak, sebisa mungkin aku pergi ke dokter Isabella ini. 
Tapi masalah alergi zhafi yang sangat parah bikin aku pusing. Karena gatal, kulitnya digaruk sampai bonyok ngga karuan. Browsing lagi ketemu dr. Amarullah, yang naturapati. Terapi herbal dengan dia memeberi efek yang cukup signifikan, karena kulitnya tidak lagi bonyok. Hanya saja masih terlihat kasar dan juga sering batuk pilek di pagi hari, tanpa demam, yang merupakan reaksi alergi lainnya. Aku cukup percaya diri dengan terapi ini. Belakangan memang, aku agak khawatir juga adakah efek buruknya di jangka panjang, setelah aku sedikit mengetahui ada yang namanya reaksi antar apa yaa….kok lupa namanya, pada obat herbal.
Tapi terlepas dari itu, dari dokter Amarullah itu, aku ngga pernah bawa zhafi ke dokter lain. Paling setiap 3 bulan control. Kondisi zhafi cukup sehat, selain batuk pilek karena alerginya. 
Dan akupun lupa untuk kembali belajar soal kesehatan anak. 
Aku kembali bolak-balik ke dokter anak (bukan karena imunisasi) sejak aku menyadari BB Hanan (adiknya Zhafi)yang ngga naik selama 3 bulan. Pertama ke dr. Widodo, yang mendalami alergi dan imunologi. Sebenarnya selain BBnya yang tidak naik, kondisi Hanan baik-baik saja waktu itu. Tidak demam, tidak pilek, tidak batuk, tidak diare.

Dua hari kemudian, mulailah batuk, yang diikuti dengan pilek dan demam. Semula aku tidak membawanya ke dokter. Karena aku yakin itu Cuma common cold, dan akan sembuh sendiri. Tapi…demam datang dan pergi. Sampai 3 minggu kemudian, demam sepanjang hari selama 7 hari. Dalam 7 hari itu, aku bolak balik ke dokter Isabella sampai 2 kali, dan ke dokter umum 1x. dan bolak-balik ke RS sampai 5x untuk terapi uap yang direkomendasikan dokter Isabella. Dalam 7 hari itulah aku kembali berkutat dengan milis Sehat. aku baca semua threadnya, buka2 filesnya, browsing link-link yang direkomendasikan. Aku menguatkan diri kalau Hanan hanya common colds. Dan setelah itu memang panasnya turun, dan Hanan tampak sehat walau masih batuk. Akupun ngga mau lagi lalai, aku tetap berusaha rajin membuka milis sehat. Tapi kondisi sehatnya hanya seminggu… karena setelah itu dia kembali demam. Seminggu kemudian kubawa ke dokter di markas sehat.
Oleh dokter Astrid, didiagnosa common colds setelah melalui diskusi yang cukup lama. Aku pun lega mendengarnya. Dan benar, besoknya Hanan kembali tampak menyenangkan. Namun seminggu kemudian lagi-lagi…dia mudah rewel…sampai-sampai sangaaaaattttt rewel dan hampir ngga bisa tidur sedikitpun. Akhirnya Minggu kemarin aku bawa lagi ke dokter di milis sehat. Setelah diskusi, dokter mencurigai ISK dan menyuruhku melakukan tes darah dan urin rutin. Ternyata memang positif ISK, sehingga harus terapi AB, sambil tetap melakukan urin kultur. Kemungkinan juga dalam waktu dekat akan dilakukan sirkumsisi. Supaya potensi ISKnya ngga muncul lagi. 
Intinya…selama pergulatan mencari apa sihh penyebab demam yang on-off selama 2 bulan terakhir ini membuat aku lebih memperdalam ilmu kesehatan, lebih memahami karakteristik penyakit yang umum diderita anak melalui sharing-sharing para orangtua di milis, walau masih bingung soal imunisasi…. Yang pasti, aku ngga akan berhenti belajar soal ilmu kesehatan ini. Meskipun anak-anakku sudah sehat walafiat (aminnn Ya Rabbal Alamin), aku akan tetap ngeluangin waktu untuk belajar ilmu kesehatan anak dan parenting. Biar bisa ikutan sharing, kasih masukan buat sesama orangtua lainnya.

15/03/11

Hanan's First Months


My baby Hanan is going on 8 months now. Pengen me-recall perkembangannya bulan demi bulan, yang inginnya sih nulis tiap bulan. Tapi sulit juga meluangkan waktu yang cukup untuk nulis, karena aku merawat Hanan tanpa asisten. Jadi nyaris sepanjang waktu aku memegang Hanan sendiri. Kalaupun sekarang ada asisten, itu untuk bantu-bantu membereskan pekerjaan rumah tangga. Biasa...ibunya ga bisa langsung percayain anak ke orang lain. Tapi sekarang, sedikit demi sedikit, aku juga meminta bantuan asisten untuk ikut merawat, misalnya menyuapi, ngajak jalan-jalan, menjaga kala ibunya pergi barang 1-2 jam.

Karena sulit merecall di bulan pertama, mulai dari bulan terakhir dulu. :P.

Bulan ke-7.
Terakhir nimbang tanggal 17 Februari, di RS Bunda di Menteng. Di situ beratnya 7,3 kg. Ini pertama kalinya nimbang di sini, biasanya di RSIJ Cempaka Putih. Ke RS ini karena ada Children Allergy Centrenya, yang dokternya spesialis alergi anak, dr. Widodo Judarwanto. Pengen tau tritmen apa yang disarankan dokter ini untuk nangani alergi Hanan yang bikin berat badannya susah naik. Oleh-olehnya, ada diet yang harus dijalani buat Hanan dan ibunya. Ada sederetan daftar makanan yang baik untuk dimakan dan yang harus dihindari. Ibunya bisa bernafas lega, karena menurut dokter ini, ibunya masih boleh minum susu, atau makan makanan yang mengandung susu dong tentunya. Karena ...aku suka banget makan roti!!! Yang pasti harus dihindari adalah ikan laut, kacang tanah dan kacang keras lainnya, beberapa jenis sayur dan buah-buahan, telur, makanan dari unggas.

Ini berkaitan dengan MP ASInya. praktis dia lebih sering makan bubur nasi, daging sapi, wortel, buncis, bayam, kentang, beras merah, dan ubi. Karena sayuran seperti jagung, brokoli, labu, ternyata justru harus dihindari (hiks).

Dari motorik kasarnya, dia sudah bisa duduk lebih tegak. Juga mulai sedikit-sedikit berusaha untuk mulai merangkak waktu dipancing pakai mainan atau benda lain yang bikin dia tertarik. Tapi dia masih belum bisa mengubah posisi kakinya dari duduk ke merangkak. Semakin jauh gapaiannya, jadi kalau lagi digendong, benda yang dipegang ibunya pasti bisa direbutnya. Sayangnya...dia kok ga antusias ya kalau tengkurap. Ngga mau tengkurap sendiri. Kalau ditengkurapin, bertahan sebentar, ga lama kemudian nangis, dipancing pakai mainan juga ngga mau tengkurap juga. Kenapa ya?

Motorik halusnya makin bagus. Dia sudah bisa memungut dan meraih benda-benda yang mudah digenggam. Suka banget tangannya nggrawut-nggrawut muka ibunya, eyangnya, ayahnya...., ngerebut sendok makannya... :).

Bahasanya, nangis. Ngocehnya jarang muncul. Lagi suka ekspresi nangis. Kadang ketawa ngakak tanpa diduga, giliran di ajak ketawa ngga mau.

26/02/11

A Miracle Named Hanan

Tanggal 14 lalu Hanan sudah 7 bulan. Kata orang 7 angka keberuntungan. Tapi...sebenarnya Ibu ngga menganggap begitu. Kenapa?

Justru Ibu sedikit sedih, karena sejak usia Hanan 5 bulan, berat badan Hanan tidak bergeser jauh dari angka 7. Usia 4 bulan beratnya 7 kg, kalau menurut tabel pertumbuhan berat badan, pada 7 kg di usia 4 bulan sudah melebihi 'target'. Waktu itu senangnya hati Ibu, karena tampaknya pertumbuhan Hanan cukup bagus. Tapi...setelah 5, 6, 7 bulan timbang lagi, angkanya naik turun di sekitaran angka 7. Terakhir timbang seminggu yang lalu, beratnya 7,3 kg.

Semua itu memang ada sebabnya. Di sini Ibu jadi ingin bercerita tentang Hanan.

Faiq Hanan Annafie, adalah nama yang kami berikan untuk putra kedua kami. Nama itu adalah doa sebagaimana orangtua lain memberikan nama untuk anaknya. Artinya kurang lebih adalah 'seorang anak yang istimewa, berlimpah kasih sayang dan bermanfaat bagi lingkungannya'. Walaupun Ibu sedikit agak khawatir, bolehkah Annafie itu kami jadikan nama bagi anak kami, karena setelah kulihat di Asmaul Husna (setelah namanya tercatat di akta kelahiran), Annafie adalah salah satunya, persis penulisannya seperti itu. Tapi sungguh, kami bukannya ingin me-Maha-kan anak kami, karena tidak ada yang lebih Maha bermanfaat selain dari Nya. Tapi kami mengartikan namanya sesuai dengan persepsi kami saja. Semoga tidak apa-apa.

Tapi begitulah, bagi Ibu, Hanan itu suatu keajaiban terbesar yang benar-benar Ibu syukuri. Ibu  merasa betapa Allah Maha Baik menganugerahi Ibu si Hanan ini. Karena, jujur, selama kehamilan, ada-ada saja yang terjadi. Tidak seperti kehamilan Mas Zhafi yang nyaris tidak ada keluhan apa-apa, selama kehamilan Hanan, beberapa kali Ibu mengalami pendarahan. Sampai hampir saja harus diopname karena harus bed rest setelah ketiga kalinya aku mengalami pendarahan, dan sudah bulan ke 3 kalau ngga salah. Oh...yang namanya opname itu sepertinya Ibu udah sakit parah. Tapi syukurlah, setelah ada bantuan dari teman Ayah yang juga dokter, Ibu ngga harus opname. Dokter Sri rela menyempatkan waktu 3 hari berturut-turut untuk menyuntikkan obat penguat resep dari dokter-- Ibu hutang budi banget sama beliau.

Selain itu, setelah disuruh dokter kandungan periksa darah, eh...ternyata hb Ibu rendah sekali. Jadi Ibu harus infus zat besi sebanyak 3 kali (@1 kantong infus). Untuk menghindari resiko nanti kekurangan darah dan harus transfusi. Yang namanya transfusi darah, resiko tertular penyakit cukup besar. Jadi, itulah cara meminimalisir resiko.

Sempat Ibu khawatir dengan kondisi bayi ini. Karena kehamilan ini ngga direncanakan, jadi ngga ada persiapan di awal untuk kehamilan. Lha wong tahu hamil setelah usianya 1,5 bulan. Dan pada bulan ke-8, kontraksinya sering muncul. Dokter Ibu bilang, kontraksi sebelum waktunya melahirkan itu normal, tapi bisa juga ada kemungkinan lain, misalnya ada infeksi, dsb.

Wis....berdoa terus...semoga bayinya sehat.

HPL tanggal 25 Juli, tapi 10 hari sebelumnya berat bayi sudah mencapai 3,5 kg. Deg-degan, takut makan yang manis-manis atau mengandung karbohidrat berlebihan. Takut bayinya tambah besar dan susah ngeluarinnya. Tapi alhamdulillah....ngga usah nunggu seminggu lagi, tanggal 13 Juli sejak pagi kontraksi sudah mulai sering. Mulai deh tuh...ngurus surat rujukan ke Puskesmas, sempat makan soto juga di restoran, dan malam jam 11-an, Ibu minta antar Yangkung ke RS, karena kontraksinya udah intens banget. 

Setelah observasi nunggu beberapa jam, akhirnya jam 01.40 wib, tanggal 14 Juli 2010, lahirlah Hanan.

Amazing...what a miracle...bayinya sehat walafiat, ngga kurang satu apapun, dan (kok) kulitnya putih bener hehehe. Tapi yang pasti, waktu itu Ibu bersyukurrr sekali...Apa yang  Ibu khawatirkan ngga terjadi. Sampai sekarang setiap ingat saat-saat itu, dan setiap memperhatikan Hanan, selalu bikin Ibu 
merasa betapa Allah Maha Baik. Alhamdulillah Ya Rabb...

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...