31/01/14

Perkenalan dengan Glomerolunefritis Akut (GNA)



Minggu pertama adalah masa-masa terakhir liburan. Minggu kedua, masuk sekolah kembali, dan hanya berselang 3 hari setelah itu, Mas Zhafi terpaksa libur kembali. Mas Zhafi sakit. Diawali dengan keluhan sakit perut, yang kukira maag. Kuperhatikan juga, dua malam terakhir tidurnya selalu ngorok keras sekali. Kukira karena batuk pileknya. Malam jumat, tanggal 10, tidurnya gelisah, dan paginya suhu badannya 38 dersel. Yang paling mengkhawatirkan, wajahnya terlihat lebih bulat dari biasanya. Perasaanku nggak enak. Entah kenapa samar-sama Ibu  merasa khawatir ada yang ngga beres dengan ginjalnya. Mungkin karena Ibu  pernah baca artikel-artikel kesehatan dan informasi tentang penyakit, tentang apa yang bisa menyebabkan seseorang terlihat bengkak. Tapi waktu itu Ibu  masih menepis jauh-jauh pikiran itu. Karena bengkaknya masih sekitaran wajah, Ibu  berharap itu hanya gondongan. Tapi Ibu  ngga mau menebak-nebak. Pagi itu juga, Ibu  dan suami membawanya ke IGD RS Umum Daerah Tangerang. 

Diagnose awal, gondongan. Dan karena ada keluhan sesak, dilIbu kan foto ronsen thorax. Karena keluhan sesak itu juga yang membuat dokter memutuskan menginapkan Mas Zhafi di RS. Baiklah. Cukup lama proses masuk IGD itu sampai akhirnya masuk ke kamar inap. Pendaftaran, jaminan, dan lain sebagainya. Malam itu, Ibu  menunggui Mas Zhafi di RS sampai keesokan harinya.

Kekhawatiranku tentang penyakit yang agak serius semakin kuat setelah melihat tubuh Mas Zhafi yang diinfus malah menjadi bengkak. Tidak hanya di wajah, tapi juga seluruh tubuh. Mas Zhafi jadi terlihat gemuk dan chubby. Seperti bukan Mas Zhafi. Ibu  akan senang melihat itu kalau perubahan itu tidak terjadi dalam waktu satu malam, tapi ini...? Segera Ibu  menanyakan dokter jaga (kebetulan saat itu hari Sabtu Minggu, dan dokter anak tidak visite pada hari tersebut), Ibu  kejar dengan pertanyaan-pertanyaan. Penyakit apa saja yang memungkinkan tubuh mengalami pembengkakan seperti itu. Dokter lalu mengatakan, bisa apa saja bu, bisa dari ginjal,... Deg...! Kalau begitu, dok, pemeriksaan apa yang perlu dilakukan untuk memastikannya? Dokter mengatakan perlu memeriksa albumin dari tes darah. Oke Dok, tolong lakukan.

Hari ketiga di RS, tanggal 12, dari hasil pemeriksaan darah, ditemukan albuminnya rendah melebihi batas rujukan. Dokter jaga mengatakan ada masalah pada ginjalnya, tapi untuk memastikan apa masalahnya, masih perlu pemeriksaan lanjutan, yaitu tes darah untuk fungsi ginjal dan tes urin. Hari itu juga, infus dilepas, karena dalam tubuh Mas Zhafi cairannya terperangkap tidak bisa keluar akibat fungsi ginjal yang sedang tidak bekerja dengan baik memproses cairan. Sehingga justru cairan harus dibantu untuk keluar. Obat-obatan yang masuk dalam tubuh Mas Zhafi masih antibiotik suntik, obat antivirus (yang Ibu  sendiri ngga yakin ini perlu atau tidak).

Hari keempat, tanggal 13, dokter anak visite dan memberi kabar yang mengkhawatirkan. Hasil pemeriksaan tidak begitu bagus. Ibu  diminta untuk menampung air kencingnya untuk menghitung berapa banyak urin yang keluar. Ibu  masih belum tau diagnosenya, karena dokternya juga kurang komunikatif. Tapi dokter segera memberikan resep beberapa obat yang berupa antibiotik, obat diuretik, dan obat penurun tekanan darah. Masalah ginjal erat kaitannya dengan kenaikan tekanan darah. Dan memang, setelah diukur, tekanan darah Mas Zhafi tinggi, 135/sekian. Hari itu, Ibu  mengabari Bunda Gurunya, kalau Mas Zhafi dirawat. Dan sorenya, subhanallah, dapat kunjungan dari Bunda Yunita dan Suaminya, membawakan buah tangan yang sangat berguna. Terima kasih Bun.. 

Hari kelima, adalah hari libur nasional, tanggal 14. Imlek ya? Lagi-lagi dokter anak pun ikut libur, tidak ada visite. Tapi prosedur tetap dijalankan oleh para perawat. Ibu  merasa lebih lega, karena pemeriksaanya lebih tersasar, jadi Ibu  mulai yakin penanganannya pun lebih tepat sasaran, tidak seperti hari Sabtu Minggu lalu yang diagnosenya belum pasti karena pemeriksaannya belum optimal.

Hari keenam, Rabu tanggal 15, ulang tahun Mas Zhafi. Duh, Nak... maaf ya menginjak usia ke 7 Mas Mas Zhafi malah harus menginap di kamar yang sayangnya bukan hotel. Ketika visite, Ibu  tidak ada, sedang aplusan sama ayahnya. Kebetulan adiknya Hanan juga sakit jadi Ibu  harus di rumah. Menurut ayahnya, setelah mencecar dokter anak dengan banyak pertanyaan, kami mendapatkan diagnosenya, GNA, yang awalnya disebutkan dokter itu GNP. Dengan bantuan Mbah Google, Ibu  tau nama penyakitnya adalah Glomerolunefritis akut. Menurut situs mayoclinic, GNA adalah penyakit infeksi pada ginjal yang merupakan infeksi paska streptokokus. Jadi sebelumnya pasti ada infeksi kuman ini entah di saluran pernafasan atas yang namanya Strep Throat, atau infeksi di kulit yang namanya Impetigo. Oke.... Mas Zhafi memang sering batuk pilek, kadang sampai sesak dan demam. Mungkin itu. Tapi impetigo, apa itu? Dan betul ternyata, infeksi kulit Mas Zhafi 2 minggu sebelumnya, yang seperti bisul-bisul itu sama dengan foto impetigo di internet. Saat itu Ibu  merasa sangattt bersalah. Hari ini, bengkaknya sudah mulai berkurang, hanya perutnya masih buncit dan penisnya masih keras.

Hari ketujuh, Kamis tanggal 16. Dapet kabar dari Ayah di RS, kalau tekanan darah Mas Zhafi 170/140. Inilah deg-degan Ibu yang paling tinggi. Obat penurun tekanan darah dinaikkan dosisnya dari 3 kali setengah tablet jadi 3 kali 1 tablet. Sigh...

Hari kedelapan, Jumat tanggal 17. Berat badannya mulai normal. Tapi tensi masih belum stabil. Dan pengeluaran cairan masih bergantung obat diuretik suntik.

Hari kesembilan, Sabtu dan Minggu tanggal 18-19. Perbaikan semakin terlihat. Kami sepakat tidak perlu memanggil dokter jaga. Karena toh penanganannya selama ini sudah sesuai dengan yang kubaca di Mayoclinic. Dan perbaikannya sudah terlihat betul. Kami optimis hari Senin sudah bisa pulang.
Menunggu saat pulang karena teman sekamar udah duluan pulang


Hari kesepuluh Senin tanggal 20. Alhmamdulillah, hasil membaik, tensi stabil 2 x 24 jam, kencing lancar. Dokter pun membolehkan untuk pulang, masih membekali resep amoxyclav dan captopril (antibiotik dan pengontrol tekanan darah). Dan juga surat kontrol. Tapi kami juga sepakat, untuk melanjutkan kontrol dan rawat jalan dengan bimbingan dokter anak langganan kami, dr. Armelia di RS Sari Asih.

Selasa, kamin ikut saran Pakde Tomo, Ibu, dan Bapak untuk pemeriksaan kultur urin di Prodia Kramat. Walaupun terakhir kami tau, ternyata selain dokter Tomo, ngga ada dokter lain yang menyarankan itu, termasuk dokter-dokter di RSCM yang jadi tempat kami kontrol kemudian. Tapi baiklah, kami ikuti saja.

Kamis, tanggal 23, cuaca dingin. Rinitis Mas Zhafi kambuh lumayan parah. Pilek, mampet, berlanjut batuk keesokan harinya. Belum cukup, berlanjut sesak malam harinya. Sesaknya mengkhawatirkan, ada demam juga. Ibu  pikir, asmanya kambuh lagi, tapi sempat khawatir jangan-jangan ada infeksi kuman lain. Tapi rasanya ngga mungkin, karena masih dalam terapi antibiotik.

Sabtu pagi tanggal 25, ketika BAK di pagi hari, Ibu  kaget, kenapa kencingnya coklat kemerahan. Hal itu membuatku memutuskan untuk ke IGD RSCM. Toh, Pakde Tomo dan Ibu juga sudah menyarankan dari beberapa hari lalu untuk melanjutkan perawatan/kontrol ke RSCM. Di IGD, ditangani oleh dokter spesialis anak masih muda yang baik hati dan sangat ramah penuh senyum, dr. Angga (eh apa sihh...). Setelah memeriksa Mas Zhafi, Ibu  agak tenang, karena sesaknya bukan infeksi kuman tapi serangan asma ringan. Dan memang langsung hilang setelah di inhalasi. Kami pulang dibekali resep obat dan surat kontrol ke poli nefro RSCM hari Selasa berikutnya.

Senin tanggal 27, sempat kontrol lagi ke dr. Armelia untuk mengkonsulkan hasil tes urin hari ini yang mengkhawatirkan sekaligus minta surat untuk dirujuk ke poli nefrologi RSCM. Pemeriksaan urin hari ini hasilnya lebih buruk dari hasil tes urin ketika keluar dari RS. Penuturan dr. Armelia membuat hatiku mencelos. Sebaiknya Mas Zhafi bed rest, benar-benar di atas tempat tidur. Tidak makan cemilan apapun, terutama yang mengandung garam dan gurih. Otomatis, Ibu  benar-benar ngga ngasih cemilan apapun sejak itu.

Selasanya, tanggal 28 kontrol pertama ke poli nefrologi. Dokter meminta tes darah dan urin ulang yang kami lakukan pada esok harinya tanggal 29.

Kamis, tanggal 30, kami kembali lagi untuk mengkonsulkan hasil pemeriksaan lab. Alhamdulillah, hasil urinnya membaik. Curigation deh, sama lab tempat Ibu  tes urin sebelumya, memang ngga bonafid sih. Sehingga optimislah untuk bisa sembuh seperti semula. Bahkan dokter pun membolehkan untuk sekolah asal tidak beraktivitas terlalu berat. Cemilan juga bisa dibilang bebas, asal bukan garam dan MSG aja. Hmmm... tapi untuk selanjutnya diminta kontrol ke respirologi karena ada keluhan batuk yang lumayan lama.

That’s all. Oh ya, hal menarik yang terjadi bulan ini adalah, pertama kalinya gigi Mas Zhafi tanggal. 

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...