Minggu pertama adalah masa-masa terakhir liburan. Minggu
kedua, masuk sekolah kembali, dan hanya berselang 3 hari setelah itu, Mas Zhafi
terpaksa libur kembali. Mas Zhafi sakit. Diawali dengan keluhan sakit
perut, yang kukira maag. Kuperhatikan juga, dua malam terakhir tidurnya selalu
ngorok keras sekali. Kukira karena batuk pileknya. Malam jumat, tanggal 10,
tidurnya gelisah, dan paginya suhu badannya 38 dersel. Yang paling
mengkhawatirkan, wajahnya terlihat lebih bulat dari biasanya. Perasaanku nggak
enak. Entah kenapa samar-sama Ibu merasa
khawatir ada yang ngga beres dengan ginjalnya. Mungkin karena Ibu pernah baca artikel-artikel kesehatan dan
informasi tentang penyakit, tentang apa yang bisa menyebabkan seseorang
terlihat bengkak. Tapi waktu itu Ibu masih menepis jauh-jauh pikiran itu. Karena
bengkaknya masih sekitaran wajah, Ibu berharap itu hanya gondongan. Tapi Ibu ngga mau menebak-nebak. Pagi itu juga, Ibu dan suami membawanya ke IGD RS Umum Daerah Tangerang.
Diagnose awal, gondongan. Dan karena ada keluhan
sesak, dilIbu kan foto ronsen thorax. Karena keluhan sesak itu juga yang
membuat dokter memutuskan menginapkan Mas Zhafi di RS. Baiklah. Cukup lama
proses masuk IGD itu sampai akhirnya masuk ke kamar inap. Pendaftaran, jaminan,
dan lain sebagainya. Malam itu, Ibu menunggui Mas Zhafi di RS sampai keesokan
harinya.
Kekhawatiranku tentang penyakit yang agak serius semakin
kuat setelah melihat tubuh Mas Zhafi yang diinfus malah menjadi bengkak. Tidak
hanya di wajah, tapi juga seluruh tubuh. Mas Zhafi jadi terlihat gemuk dan
chubby. Seperti bukan Mas Zhafi. Ibu akan senang melihat itu kalau perubahan itu
tidak terjadi dalam waktu satu malam, tapi ini...? Segera Ibu menanyakan dokter jaga (kebetulan saat itu
hari Sabtu Minggu, dan dokter anak tidak visite pada hari tersebut), Ibu kejar dengan pertanyaan-pertanyaan. Penyakit
apa saja yang memungkinkan tubuh mengalami pembengkakan seperti itu. Dokter
lalu mengatakan, bisa apa saja bu, bisa dari ginjal,... Deg...! Kalau begitu,
dok, pemeriksaan apa yang perlu dilakukan untuk memastikannya? Dokter
mengatakan perlu memeriksa albumin dari tes darah. Oke Dok, tolong lakukan.
Hari ketiga di RS, tanggal 12, dari hasil pemeriksaan darah,
ditemukan albuminnya rendah melebihi batas rujukan. Dokter jaga mengatakan ada
masalah pada ginjalnya, tapi untuk memastikan apa masalahnya, masih perlu pemeriksaan
lanjutan, yaitu tes darah untuk fungsi ginjal dan tes urin. Hari itu juga,
infus dilepas, karena dalam tubuh Mas Zhafi cairannya terperangkap tidak bisa
keluar akibat fungsi ginjal yang sedang tidak bekerja dengan baik memproses cairan. Sehingga justru cairan harus dibantu untuk keluar. Obat-obatan yang masuk
dalam tubuh Mas Zhafi masih antibiotik suntik, obat antivirus (yang Ibu sendiri ngga yakin ini perlu atau tidak).
Hari keempat, tanggal 13, dokter anak visite dan memberi
kabar yang mengkhawatirkan. Hasil pemeriksaan tidak begitu bagus. Ibu diminta untuk menampung air kencingnya untuk
menghitung berapa banyak urin yang keluar. Ibu masih belum tau diagnosenya, karena
dokternya juga kurang komunikatif. Tapi dokter segera memberikan resep beberapa
obat yang berupa antibiotik, obat diuretik, dan obat penurun tekanan darah.
Masalah ginjal erat kaitannya dengan kenaikan tekanan darah. Dan memang,
setelah diukur, tekanan darah Mas Zhafi tinggi, 135/sekian. Hari itu, Ibu mengabari Bunda Gurunya, kalau Mas Zhafi
dirawat. Dan sorenya, subhanallah, dapat kunjungan dari Bunda Yunita dan
Suaminya, membawakan buah tangan yang sangat berguna. Terima kasih Bun..
Hari kelima, adalah hari libur nasional, tanggal 14. Imlek
ya? Lagi-lagi dokter anak pun ikut libur, tidak ada visite. Tapi prosedur tetap
dijalankan oleh para perawat. Ibu merasa
lebih lega, karena pemeriksaanya lebih tersasar, jadi Ibu mulai yakin penanganannya pun lebih tepat
sasaran, tidak seperti hari Sabtu Minggu lalu yang diagnosenya belum
pasti karena pemeriksaannya belum optimal.
Hari keenam, Rabu tanggal 15, ulang tahun Mas Zhafi. Duh,
Nak... maaf ya menginjak usia ke 7 Mas Mas Zhafi malah harus menginap di kamar
yang sayangnya bukan hotel. Ketika visite, Ibu tidak ada, sedang aplusan sama ayahnya.
Kebetulan adiknya Hanan juga sakit jadi Ibu harus di rumah. Menurut ayahnya, setelah
mencecar dokter anak dengan banyak pertanyaan, kami mendapatkan diagnosenya,
GNA, yang awalnya disebutkan dokter itu GNP. Dengan bantuan Mbah Google, Ibu tau nama penyakitnya adalah Glomerolunefritis akut. Menurut situs mayoclinic, GNA adalah penyakit infeksi pada ginjal yang
merupakan infeksi paska streptokokus. Jadi sebelumnya pasti ada infeksi kuman
ini entah di saluran pernafasan atas yang namanya Strep Throat, atau infeksi di
kulit yang namanya Impetigo. Oke.... Mas Zhafi memang sering batuk pilek,
kadang sampai sesak dan demam. Mungkin itu. Tapi impetigo, apa itu? Dan betul
ternyata, infeksi kulit Mas Zhafi 2 minggu sebelumnya, yang seperti bisul-bisul
itu sama dengan foto impetigo di internet. Saat itu Ibu merasa sangattt bersalah. Hari ini, bengkaknya
sudah mulai berkurang, hanya perutnya masih buncit dan penisnya masih keras.
Hari ketujuh, Kamis tanggal 16. Dapet kabar dari Ayah di RS,
kalau tekanan darah Mas Zhafi 170/140. Inilah deg-degan Ibu yang paling tinggi.
Obat penurun tekanan darah dinaikkan dosisnya dari 3 kali setengah tablet jadi
3 kali 1 tablet. Sigh...
Hari kedelapan, Jumat tanggal 17. Berat badannya mulai
normal. Tapi tensi masih belum stabil. Dan pengeluaran cairan masih bergantung
obat diuretik suntik.
Hari kesembilan, Sabtu dan Minggu tanggal 18-19. Perbaikan
semakin terlihat. Kami sepakat tidak perlu memanggil dokter jaga. Karena toh
penanganannya selama ini sudah sesuai dengan yang kubaca di Mayoclinic. Dan
perbaikannya sudah terlihat betul. Kami optimis hari Senin sudah bisa pulang.
Menunggu saat pulang karena teman sekamar udah duluan pulang |
Hari kesepuluh Senin tanggal 20. Alhmamdulillah, hasil membaik, tensi
stabil 2 x 24 jam, kencing lancar. Dokter pun membolehkan untuk pulang, masih
membekali resep amoxyclav dan captopril (antibiotik dan pengontrol tekanan
darah). Dan juga surat kontrol. Tapi kami juga sepakat, untuk melanjutkan
kontrol dan rawat jalan dengan bimbingan dokter anak langganan kami, dr.
Armelia di RS Sari Asih.
Selasa, kamin ikut saran Pakde Tomo, Ibu, dan Bapak untuk
pemeriksaan kultur urin di Prodia Kramat. Walaupun terakhir kami tau,
ternyata selain dokter Tomo, ngga ada dokter lain yang menyarankan itu,
termasuk dokter-dokter di RSCM yang jadi tempat kami kontrol kemudian.
Tapi baiklah, kami ikuti saja.
Kamis, tanggal 23,
cuaca dingin. Rinitis Mas Zhafi kambuh lumayan parah. Pilek, mampet, berlanjut
batuk keesokan harinya. Belum cukup, berlanjut sesak malam harinya. Sesaknya
mengkhawatirkan, ada demam juga. Ibu pikir, asmanya kambuh lagi, tapi sempat
khawatir jangan-jangan ada infeksi kuman lain. Tapi rasanya ngga mungkin,
karena masih dalam terapi antibiotik.
Sabtu pagi tanggal 25, ketika BAK di pagi hari, Ibu kaget, kenapa kencingnya coklat kemerahan. Hal
itu membuatku memutuskan untuk ke IGD RSCM. Toh, Pakde Tomo dan Ibu juga sudah menyarankan
dari beberapa hari lalu untuk melanjutkan perawatan/kontrol ke RSCM. Di IGD,
ditangani oleh dokter spesialis anak masih muda yang baik hati dan sangat ramah
penuh senyum, dr. Angga (eh apa sihh...). Setelah memeriksa Mas Zhafi, Ibu agak tenang, karena sesaknya bukan infeksi
kuman tapi serangan asma ringan. Dan memang langsung hilang setelah di
inhalasi. Kami pulang dibekali resep obat dan surat kontrol ke poli nefro RSCM
hari Selasa berikutnya.
Senin tanggal 27, sempat kontrol lagi ke dr. Armelia untuk
mengkonsulkan hasil tes urin hari ini yang mengkhawatirkan sekaligus minta
surat untuk dirujuk ke poli nefrologi RSCM. Pemeriksaan urin hari ini hasilnya
lebih buruk dari hasil tes urin ketika keluar dari RS. Penuturan dr. Armelia
membuat hatiku mencelos. Sebaiknya Mas Zhafi bed rest, benar-benar di atas
tempat tidur. Tidak makan cemilan apapun, terutama yang mengandung garam dan
gurih. Otomatis, Ibu benar-benar ngga
ngasih cemilan apapun sejak itu.
Selasanya, tanggal 28 kontrol pertama ke poli nefrologi. Dokter
meminta tes darah dan urin ulang yang kami lakukan pada esok harinya tanggal
29.
Kamis, tanggal 30, kami kembali lagi untuk mengkonsulkan
hasil pemeriksaan lab. Alhamdulillah, hasil urinnya membaik. Curigation deh,
sama lab tempat Ibu tes urin sebelumya,
memang ngga bonafid sih. Sehingga optimislah untuk bisa sembuh seperti semula. Bahkan
dokter pun membolehkan untuk sekolah asal tidak beraktivitas terlalu berat.
Cemilan juga bisa dibilang bebas, asal bukan garam dan MSG aja. Hmmm... tapi
untuk selanjutnya diminta kontrol ke respirologi karena ada keluhan batuk yang
lumayan lama.
That’s all. Oh ya, hal menarik yang terjadi bulan ini
adalah, pertama kalinya gigi Mas Zhafi tanggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar