Sumber |
Beberapa minggu sebelumnya, setelah diperiksa dokter
Armelia, DSA langganan, Mas Zhafi harus menjalani pemeriksaan darah untuk
melihat apakah HB, elektrolit, dan gambaran darah tepi Mas Zhafi ada masalah.
Karena mas Zhafi suka mengeluh pusing, juga seringkali terlihat lemas.
Makanya, mas Zhafi dirujuk dokter Armelia untuk menjalani
tes darah. Nah, ayah dan ibu berusaha memberi pengertian tentang menghadapi
jarum suntik. Segala bujuk rayu dilakukan. Tapi tampaknya rasa takutnya lebih
besar. Akhirnya mau ngga mau, diambillah darah dengan jalan ‘dipaksa’.
Berteriaklah keras sekali. Hiks … Tahu, ngga Mas, rasa sedih memaksa kamu tuh
di sini *sambil nunjuk dada.
Nah… sewaktu ada informasi BIAS ini, ibu sempat ngga yakin,
apa Zhafi akan bisa melewati sesi penyuntikan ini tanpa teriakan cetar
membahana atau justru sebaliknya. Tapi ayah dan ibu tetap mengikutkan Mas Zhafi
untuk imunisasi. Kalaupun nanti Mas Zhafi ngga bersedia, ya sudah ngga
apa-apa ngga diimunisasi.
Pada hari H-nya, Mas Zhafi sempat ngga mau sekolah. Ayah ibu
sampaikan, kalau memang Zhafi nggak mau diimunisasi, ya nanti sampaikan ke
Bunda Guru. Ibu juga sudah menyampaikan ke Bunda Guru, kalau Zhafi masih belum siap atau takut, tidak usah dipaksa.
Ibu juga akan nungguin Zhafi di sekolah.
Tapi ternyata, keaadaan ngga memungkinkan untuk menunggui
Zhafi di sekolah. Karena ngga enak juga, ngga ada orangtua lain yang menunggui anaknya. Sementara tempat (saung)
yang biasa digunakan orangtua/pengantar-jempu untuk menunggu, dipakai untuk belajar tahfidz.
Akhirnya ibu pulang. Ibu cemas dan khawatir Zhafi akan
melewati sesi imunisasi dengan pemaksaan dan berakhir trauma. Ibu curhat dengan
orangtua lain melalui grup WA. Alhamdulillah, dapat penguatan dari ibu-ibu lain, kalau kita
memang sudah memberi pengertian dan penjelasan pada mereka dengan baik, ya sudah kita pasrahkan saja.Percaya dan yakin saja anak-anak akan bisa melewatinya dengan baik-baik saja. Akhirnya Ibu
berusaha pasrah. Dalam sholat dhuha, ibu khusus berdoa untuk hal ini. Memohon
supaya Allah membukakan hati mas Zhafi agar berani menghadapi jarum suntik.
Saat jam pulang sekolah adalah saat yang paling Ibu tunggu
hari ini. Ibu ingin tahu, apa reaksi Zhafi sepulang sekolah. Ingin tahu,
bagaimana akhirnya. Apakah Zhafi jadi diimunisasi atau tidak. Kalau jadi,
bagaimana Zhafi menghadapinya.
Kebetulan sewaktu mengembalikan rapot ke Bunda Guru Sari,
Bunda Guru langsung cerita, kalau Zhafi berani lho disuntik. Awalnya memang
takut dan menangis diam-diam. Tapi setelah melihat teman-temannya, akhirnya dia
bilang, "Bun… aku mau deh disuntik". Waow… mashaa Allahh…. Lega dan bangganya
hati Ibu dengar cerita dari Bunda Sari. Anak sulung buah hati Ibu ini sudah berani menghadapi jarum suntik dengan berani.
My Brave Prince |
Selamat yaa, Mas Zhafir, sudah jadi pangeran ibu yang berani … peluk cium Ibu.
2 komentar:
Waah.. Mas Zhafi hebat sudah mau disuntik tanpa histeris :)
Jadi ingat di sekolah anak saya juga ketika ada program ini, jadi lautan tangisan anak2 hehe
hihi, iya, mak. Semoga seterusnya begitu. :D
Posting Komentar