18/10/14

Zhafi Berani Hadapi Jarum Suntik




Sumber
Beberapa waktu lalu, di sekolah Mas Zhafi ada imunisasi campak, salah satu rangkaian dari program BIAS (bulan imunisasi anak sekolah). Dua hari sebelumnya, ibu berdiskusi sama Zhafi tentang menghadapi jarum suntik. Karena Mas Zhafi masih belum ‘bersahabat’ dengan benda kecil satu ini. 

Beberapa minggu sebelumnya, setelah diperiksa dokter Armelia, DSA langganan, Mas Zhafi harus menjalani pemeriksaan darah untuk melihat apakah HB, elektrolit, dan gambaran darah tepi Mas Zhafi ada masalah. Karena mas Zhafi suka mengeluh pusing, juga seringkali terlihat lemas.
Makanya, mas Zhafi dirujuk dokter Armelia untuk menjalani tes darah. Nah, ayah dan ibu berusaha memberi pengertian tentang menghadapi jarum suntik. Segala bujuk rayu dilakukan. Tapi tampaknya rasa takutnya lebih besar. Akhirnya mau ngga mau, diambillah darah dengan jalan ‘dipaksa’. Berteriaklah keras sekali. Hiks … Tahu, ngga Mas, rasa sedih memaksa kamu tuh di sini *sambil nunjuk dada.

Nah… sewaktu ada informasi BIAS ini, ibu sempat ngga yakin, apa Zhafi akan bisa melewati sesi penyuntikan ini tanpa teriakan cetar membahana atau justru sebaliknya. Tapi ayah dan ibu tetap mengikutkan Mas Zhafi untuk imunisasi. Kalaupun nanti Mas Zhafi ngga bersedia, ya sudah ngga 
apa-apa ngga diimunisasi.

Pada hari H-nya, Mas Zhafi sempat ngga mau sekolah. Ayah ibu sampaikan, kalau memang Zhafi nggak mau diimunisasi, ya nanti sampaikan ke Bunda Guru. Ibu juga sudah menyampaikan ke Bunda Guru, kalau Zhafi masih  belum siap atau takut, tidak usah dipaksa. Ibu juga akan nungguin Zhafi di sekolah.

Tapi ternyata, keaadaan ngga memungkinkan untuk menunggui Zhafi di sekolah. Karena ngga enak juga, ngga ada orangtua lain yang menunggui anaknya. Sementara tempat (saung) yang biasa digunakan orangtua/pengantar-jempu untuk menunggu, dipakai untuk belajar tahfidz.


Akhirnya ibu pulang. Ibu cemas dan khawatir Zhafi akan melewati sesi imunisasi dengan pemaksaan dan berakhir trauma. Ibu curhat dengan orangtua lain melalui grup WA. Alhamdulillah, dapat penguatan dari ibu-ibu lain, kalau kita memang sudah memberi pengertian dan penjelasan pada mereka dengan baik, ya sudah kita pasrahkan saja.Percaya dan yakin saja anak-anak akan bisa melewatinya dengan baik-baik saja. Akhirnya Ibu berusaha pasrah. Dalam sholat dhuha, ibu khusus berdoa untuk hal ini. Memohon supaya Allah membukakan hati mas Zhafi agar berani menghadapi jarum suntik.

Saat jam pulang sekolah adalah saat yang paling Ibu tunggu hari ini. Ibu ingin tahu, apa reaksi Zhafi sepulang sekolah. Ingin tahu, bagaimana akhirnya. Apakah Zhafi jadi diimunisasi atau tidak. Kalau jadi, bagaimana Zhafi menghadapinya.

Kebetulan sewaktu mengembalikan rapot ke Bunda Guru Sari, Bunda Guru langsung cerita, kalau Zhafi berani lho disuntik. Awalnya memang takut dan menangis diam-diam. Tapi setelah melihat teman-temannya, akhirnya dia bilang, "Bun… aku mau deh disuntik". Waow… mashaa Allahh…. Lega dan bangganya hati Ibu dengar cerita dari Bunda Sari. Anak sulung buah hati Ibu ini sudah berani menghadapi jarum suntik dengan berani.
My Brave Prince

Selamat yaa, Mas Zhafir, sudah jadi pangeran ibu yang berani … peluk cium Ibu. 

2 komentar:

Santi Dewi mengatakan...

Waah.. Mas Zhafi hebat sudah mau disuntik tanpa histeris :)
Jadi ingat di sekolah anak saya juga ketika ada program ini, jadi lautan tangisan anak2 hehe

Rie mengatakan...

hihi, iya, mak. Semoga seterusnya begitu. :D

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...