Berangkat dari Kelapa Gading, pamit ke Yangkung dan Yangti, juga semuanya. Yangkung ngga kuasa nahan haru dan sedih. Kuakui ada sedikit rasa bersalah, karena mendadak mengabari kepastian Zhafi berangkat nyantri. Jujur, sebenarnya aku berharap rencana Zhafi nyantri di Rembang hanya wacana yang entah kapan berangkatnya. Setidaknya setelah kondisi pandemi ini mereda. Karena sekarang sedang naik-naiknya. Tapi ayahnya bersikeras berangkat, dan Zhafi tampak udah siap. Aku hanya bisa mewek di belakang diam-diam. Udah ngga bisa ngomong apa-apa lagi.
Allah sebaik-baik penolong, Allah sebaik-baik pelindung. Aku harus bisa ngalahin nafsu untuk bangun malam mendoakan dia dan semua keluarga juga pastinya. Supaya dijauhkan dari keburukan dan wabah ini. Dan Allah sebaik-baik murobbi... Semoga Allah tuntun hati dan akalnya untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya sebaik mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar