24/10/16

Mengejar Sarwana

Mengejar Sarwana

Nama Sarwana menjadi populer beberapa tahun belakangan ini. Desa yang terletak di Propinsi Banten ini dikenal memiliki tempat wisata pantai yang indah dan disebut-sebut sebagai the "Hidden Paradise".

Terbesitlah keinginan saya untuk bisa mengunjunginya. Tapi pada waktu pertama kali mendengar kawasan Sawarna itu, konon untuk mencapai ke sana aksesnya tidak mudah. Untuk mencapai kota terdekat dengan Sawarna saja harus menempuh perjalanan 5 jam dari Jakarta. Dan untuk mencapai desa Sawarna, membutuhkan waktu 1 jam lagi. Sampai di Sawarna, memasuki kawasan pantai yang indah belum ada akses langsung, tapi harus menggunakan jasa ojeg. Karena jalanan yang sempit dan terkadang masih terjal.

Beberapa kali, Zhafir pun minta kami mengajaknya ke pantai. Bukan pantai Ancol tapinya, karena sudah pasti bosan. Akhirnya, awal bulan Mei kemarin, kami punya kesempatan untuk pergi ke kawasan Sawarna.

Setelah mendapatkan informasi melalui internet dan dari beberapa teman yang sudah pernah ke sana, kami pun membuat rencana perjalanan.

Hari Jumat tanggal 6 Mei, saya sekeluarga, mengajak kakak sekeluarga dan adik untuk piknik ke sana. Berangkat dari Jakarta sekitar jam 7.30. Tujuan pertama kami adalah Kota Malingping. Kota ini juga memiliki pantai pasir putih yang cukup menarik, yaitu Pantai Bagedur.

Kami tiba di Malingping sekitar jam 1 siang. Setelah mengisi perut dengan sajian nasi padang dan mendapatkan tempat untuk menginap, kami langsung pergi ke Pantai Bagedur.

Pantainya tidak jauh, hanya 15 menit dari pusat kota Malingping. Pantai yang masih cukup alami dan belum ramai pengunjung. Saat itu sekitar jam 3 sore waktu kami tiba di sana.

Zhafir senang bukan main. Akhirnya setelah berkali-kali mengajak ke pantai, kesampaian juga. Adiknya juga luar biasa senangnya. Aku, anak-anak, dan ayahnya anak-anak membiarkan baju kami basah terkena sapuan ombak pantai... Hmmm asiikk.

Jam 4, kami cabut dari situ. Penasaran dengan nama Pantai Binuangeun, pergilah kami ke sana. Tapi kami agak kecewa karena pantai yang merupakan pantai nelayan itu ternyata kotor. Untungnya, di situ kami bisa bawa pulang rumah kerang cantik yang sudah kosong. Juga beberapa karang yang sudah mati.

Kami kembali ke penginapan di Malingping untuk beristirahat. Karena kami berencana untuk ke Sawarna besok subuh. Menurut beberapa warga, kalau ke Sawarna sebaiknya pagi atau subuh. Supaya terhindar macet.

Keesokan paginya setelah sholat subuh, kami chek out dr pebginapan dan langsung menuju tempat tujuan. Perjalanan berbekal nasi uduk untuk sarapan ini menyenangkan, karena disuguhi pemandangan pantai yang wow keren. Memang pantai sepanjang Malingping-Bayah ini indah banget.

Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami akhirnya tiba di kawasan wisata Sawarna. Mobil kami parkir di taman parkir yang sudah disediakan. Beberapa tukang ojeg langsung menghampiri kami dan menawarkan jasa. Ternyata ada banyak situs wisata menarik di kawasan itu yang tidak bisa dicapai dengan mobil. Disitulah rejeki Si Tukang Ojeg. Mereka menawarkan jasa paket wisata, yang rutenya Pantai Tanjung Layar (iconnya Sawarna), Pantai Legon Pari, dan beberapa Goa yang saya lupa namanya. Paketnya dihargai Rp 150.000 pulang pergi. Tukang ojegnya pun bersedia menunggui kita di sana bermain sampai puas.

Tapi kita juga bisa kok kalau hanya memilih diantar sampai Pantai Tanjung Layar. Cukup hanya membayar Rp 10.000 saja, bukan PP. Jangan khawatir, di Pantai Tanjung Layar ada banyak tukang ojeg yang mangkal, yang siap mengantarkan kita kembali ke taman parkir dengan biaya yang sama.

Lalu kami pilih perjalanan ke mana nih? Kami putuskan menikmati dulu pantai yang terdekat dengan taman parkir. Orang-orang menyebutnya Pantai Pasir Putih. Hanya butuh berjalan kaki 5 menit untuk sampai di Pantai itu. Pemandangan dan ombaknya cantik juga, kok. Zhafir langsung berbasah-basahan di sana.

Dari situ kami sudah bisa melihat dimana Pantai Tanjung Layar. Disebut Tanjung Layar karena di pantai itu terdapat batu karang besar yang berbentuk seperti layar. Dan batu karang itulah yang terlihat dari tempat kami. Jaraknya 1,5 km.

Kami lalu mencoba berjalan menyusuri pantai ke batu karang itu. Kesannya jauh ya? Haha, memang jauh. Tapi bagi saya ngga terasa karena sambil menikmati ombak dan pemandangan yang cantik.

Kami malah menemukan titik titik tempat yang cantik untuk difoto atau untuk ber-selfy ria.

Akhirnya sampai juga di Pantai Tanjung layar. Waw... Cantiknya. Pantainya berkarang dan banyak ikan ikan kecil yang berenang renang di antara karang itu. Selain batu karang besar berbentuk layar, hal unik lainnya adalah, batu karang yang bentuknya seperti persegi, dan ketika ombak pecah menabrak batu itu, jatuhan air ombaknya terlihat seperti air terjun. Ih... Keren deh.

Saat itu masih sekitar jam 10 pagi. Si ayah menemani anak anak bermain di pantai karang itu. Sementara saya dan yang lainnya duduk di saung menikmati pemandangan. Sesekali ikut juga nyemplung.

Semakin siang, air laut di antara karang karang itu semakin surut. Semua yang pada berenang tadi berbilas bilas. Lalu kami kembali ke taman parkir dengan jasa tukang ojeg.

Kami langsung berencana pulang. Tidak seperti perjalanan berangkat yang relatif lancar dari rumah sampai Malingping, perjalanan pulang dari setelah Malingping sampai Jakarta padat dan macet.

Dan... Sampai di rumah sudah jam 12 malam. Alhamdulillahh...

Rumah Kami, 25 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...