30/12/24

Dua Minggu yang Melelahkan

Dua minggu terakhir ini melelahkan jiwa. Dimulai dari ibu yang dirawat di RS, sikap suami yang ngga sesuai harapan, sikap Hanan yang juga semakin membuat lelah, dan terakhir perasaan negatif yang muncul karena ada kesan anak perempuanku seolah 'dinomorduakan' oleh kakak sepupunya. Wow, terkesan menyedihkan sekali ya.... Tapi sebenarnya aku menulis ini bukan untuk memojokkan siapa pun. Aku hanya mencoba menyalurkan ekspresi emosiku, mencoba untuk memahani diriku dengan jalan menulis. Pada akhirnya, aku mendapatkan pelajaran juga dari semua pengalaman ini. 

Jadi begini ceritanya... 

Dua minggu yang lalu, sekitar tanggal 13 Desember, dapat kabar kalau Ibu sakit. Awalnya kupikir batuk dan flu biasa. Tapi waktu video call, aku lihat wajah ibu kok bengkak. Mulai deg-degan. Singkat cerita benar aja, hari Sabtu pagi ibu lemas dan demam, dan dibawa ke UGD. Ternyata saturasinya rendah dan harus pakai oksigen. Ya Allah, rasa khawatir langsung mengaliri tubuhku. 

Kondisi ibu masih ngga stabil sampai hari Kamis (19 Desember) dan belum ketahuan apa sebenarnya penyakit Ibu. Malah di hari Rabunya (18 Desember), Ibu sempat ngedrop banget kondisinya, karena rasa lemas dan sesak yang intens. Ibu sampai nitipin amanah untuk menyerahkan uang tabungan alumni SMA nya yang selama ini dipegang Ibu, untuk diserahkan ke temannya. Aku iyakan saja, dan aku selesaikan amanah itu supaya Ibu juga ga kepikiran hal lain yang mengganggu. Alhamdulillah mulai hari Jumat, setelah Ibu mendapat fisioterapi, yaitu latihan mengembangkan paru-paru, kondisi Ibu kelihatan lebih segar dan stabil. Walau kadang masih lemas dan belum sepenuhnya lepas oksigen, tapi kelihatan lebih segar. Di hari itu, mulai ada diagnosa yang jelas tentang penyakit Ibu. Ibu kena Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Hari Sabtunya, dokter spesialis penyakit dalam sudah kasih ijin Ibu untuk pulang, tapi dokter spesialis Paru masih harus mengurangi dosis obat ibu secara bertahap, jadi Ibu baru bisa pulang hari Senin. 

Selain Ibu yang sedang sakit, ada beberapa kejadian yang cukup membuat kondisi emosiku kurang oke selama sekitar 2 minggu ini.

Jadi mulai Rabu (18 Desember), aku menunggui Ibu di pagi sampai sore hari, bergantian dengan mba Sania yang menunggui Ibu di malam hari. Ngga ada masalah dengan ini, karena suami udah oke, dan alhamdulillah Fariha juga sudah bisa diberi pengertian (ya dengan sedikit reward mainan juga, sih). Adikku, Dek Vivi, juga mau berbaik hati dititipkan untuk mengurus anak-anak, terutama Fariha. Kondisi suami sebenarnya ngga fit. Ya... entahlah... kondisinya sering kurang sehat, memang. Mungkin karena sudah tiga tahun ini harus bolak-balik kantor rumah dengan jarak waktu tempuh kurang lebih 3 jam dengan sepeda motor setiap harinya. 

Aku sempat mengalami hal yang tidak aku harapkan. Pada hari Jumat, suami lagi pusing sepulang dari kerja, dan setelah makan dia sudah rebahan dan tidur. Fariha awalnya masih asyik main, nyemil, dan minum susu di ruang keluarga. Tahu-tahu di rewel dan langsung nangis dan teriak. Ya kubawa ke kamar. Aku tahu ayahnya lagi pusing, jadi aku berusaha menenangkan dia dengan lembut, sambil aku bawa ke kamar mandi untuk pipis. Di kamar mandi Fariha masih teriak-teriak, dan tiba-tiba pintu kamar terbuka, ada suara bentakan, "Ibu!". Aku pikir itu Hanan. Teriakan dan tangisan Fariha masih ngga mau berhenti. Aku mulai agak jengkel dan khawatir Ayahnya semakin terganggu dengan tangisan dan teriakan Fariha, ditambah 'Hanan' yang kupikir tadi keluar manggil aku. Aku mulai lebih keras ke Fariha. Tapi bukan ngebentak keras, cuma aku turunin aja dari gendongan, dan aku akan gendong asal diam. Tapi Fariha masih aja nangis dan berteriak. Pintu terbuka lagi, dan kali ini suamiku memanggil aku dengan suara keras, memarahi aku karena aku dianggap bikin Fariha nangis sampai teriak. Aku langsung ngga terima. Justru aku tuh khawatir ayah keganggu dan berusaha menenangkan Fariha, malah aku yang kena bentak! Aku ngga terima sikap kaya gitu. Dan ternyata, yang kupikir tadi Hanan bentak aku itu ternyata suamiku. Makin kesel dan ngga terima aku. Fariha akhirnya diem sendiri karena aku dan ayahnya berdebat. Ngga lama sih berdebatnya. Sampai akhir malam, ngga ada kata maaf keluar dari mulutnya. Ya udah aku berusaha ikhlas aja. Berusaha paham dia lagi pusing dan karena pusing jadi mudah terpicu emosi.

Keesokan harinya, hari Sabtu, ketika aku bangun, sebenarnya aku ngga ngerasa marah walaupun inget kejadian tadi malam, malah aku ambilin minum buat suami. Tapi ngga tau kenapa, aku tuh masih berharap, setidaknya minta maaf ya tadi malam ngebentak aku. Aku tuh ngelihat Hanan susaah banget minta maaf kalau dia buat salah. Aku tuh pengen gitu dia lihat contoh kalau minta maaf itu ngga papa. Ngga usah gengsi. Ngga usah ngerasa jadi lebih rendah derajatnya. Malah itu bentuk kebesaran hati. Aku berharap Ayahnya bisa contohin itu. Tapi sampai aku mau berangkat ke RS, ngga ada juga dia minta maaf. Jengkel, kesel, marah muncul lagi ngga terbendung, sampai aku nyanyi keras-keras di kamar mandi. Selama di RS aku merenung, berusaha memulihkan hati, menenangkan diri, memulihkan perasaan. Ya berkurang sih marahku. Tapi, ngerasa kayanya suamiku kaya ga terima dengan sikap marahku. Ya silakan aja sih. Siapa saja berhak marah. Yang jelas perasaan negatif ini kurasakan sampai hari Sabtu, sampai aku nulis status WA yang hanya bisa dibaca dia aja. Dan kayanya dia baca besoknya. Tetap aja ngga ada maaf, malah mungkin kesel kali dia karena aku bikin status begitu. Ya maaf ya,,, aku juga belum hilang keselnya. Aku baper banget ngga sih? Tapi besok Minggunya aku udah sembuh, sih. Hanya saja pas nulis jurnal ini tadi sempet berasa lagi intensitas emosinya dan sekarang udah normal lagi. 

Nah, di hari Senin, ada kejadian lain, Hanan mengalami kecelakaan di kamar mandi. Hari itu aku ngga ke RS. Karena: pertama, Ibu akan pulang, tapi belum tau jam berapanya. Kedua, aku mau antar Hanan ke klinik juga, karena dia udah 2 hari ini ngga enak badan. Harusnya hari minggu kemarinnya, dia sama ayahnya periksa, eh ayahnya lemes, ngga jadi berangkat periksa. Jadi aku antar Hanan hari ini, sementara adikku, dek Vivi gantian yang ke RS bareng Bapak. Gantian aku bantu ngurus anak-anaknya Dek Vivi, karena Babanya WFH. Di situlah aku perhatikan sikap Hanan yang negatif, dan aku mulai pusing dengan sikap Hanan yang aneh ke Mba Puput (ART rumah). Sebenernya aku tau Hanan sekarang-sekarang ini sensitif dan gampang terganggu dengan kegiatan si ART ini. Ngga cuma ke mba Puput, ke Bu Tati di rumah kan juga gitu. Cuma kali ini kaya lebih intens aja, dan aku takut dia bisa tiba-tiba ngga terkendali. Dan terjadilah kecelakaan. Hanan mau mandi, lalu dia membawa sendiri panci berisi air panas yang tutupnya beling. Aku ngga tau itu, sampai terdengarlah ribut-ribut teriakan Hanan di kamar mandi. Rupanya dia jatuh, lalu tersiram air panas, dan tutup pancinya pecah kecil-kecil. Dan aku langsung tau itu bisa terjadi karena dia ngga fokus. Jadi aku bantu dia duduk, bersihin beling-beling, sambil memberi tahu dia dengan agak emosional, supaya lebih fokus kalau melakukan sesuatu. Setelah dia mandi, baru ketahuan kalau ada luka bakar di punggung kaki dan di pantatnya. Selain itu, ada luka-luka kecil di telapak kakinya karena ngga sengaja menginjak pecahan kaca. Aku ke apotik dan baru kasih obat salepnya setelah 1 jam dari kejadian, jadi sudah mulai mlendung luka bakarnya. Begitulah kejadian hari itu. Alhamdulillah, malam hari itu juga Ibu Akhirnya sudah pulang ke rumah. 

Hari Selasa, ada kejadian yang sempat bikin aku sedih. Awalnya karena beranteman anak-anak yang endingnya Gara nangis. Beberapa waktu kemudian, baru aku sadari, si Kakak Alesha ini, kayanya lagi deket dan sayangnya sama Gara dan Gendis, jadi dia kesal sama Hanan dan (anehnya) ke Fariha juga. Dia seolah-seolah bersikap menjauhi dan memusuhi Hanan dan Fariha. Dan kalau aku ajak ngomong juga bete mukanya. Aku ngga mau berlama-lama deh melihat Fariha dicuekin dan diabaikan sama Alesha, jadi aku bilang maaf yang kalau tadi Hanan atau Fariha atau Bulik ada kesalahan. Setelah itu, situasi menjadi cair kembali. 

Hari Rabu, terjadi sesuatu yang bikin deg-degan. Di awali dengan paginya Hanan lagi-lagi rungsing karena rasa terganggunya itu ke ART. Alhamdulillah, Dek Vivi ngajak jalan-jalan ke TMII. Di TMII, awalnya cukup menyenangkan walau sedikit hujan. Tapi tiba-tiba setelah makan siang, Gendis mendadak kejang demam. Itu bikin kita semua lumayan panik. Langsung kita ke klinik dan setelah menunggu sebentar, akhirnya diputuskan Dek Vivi, Tondi, dan Gendis ke RS, sementara aku dan anak-anak tetap melanjutkan jalan-jalan karena tiket sudah dibeli. Sampai perjalanan pulang semua lancar alhamdulillah. 

Hari Kamis, aku sedih lagi, karena aku lihat banget, gimana Fariha dinomorduakan lagi oleh si Kakak di beberapa kali kejadian. Ngga salah si Kakaknya. Aku juga ngga marah ke Si Kakak. Wajar aja kan seseorang cenderung lebih sayang dengan satu orang dibanding lainnya. Ngga bisa dipaksain juga. Memang masalahnya di aku. Ada sedikit rasa sakit di hati, karena aku punya trauma waktu kecil, aku sering jadi orang yang dinomorduakan atau bahkan dianggap ngga ada di dalam pergaulan. Ditinggalkan. Rasanya sedih dan sakit. Jadi aku sedih kalau Fariha harus merasakan itu juga, walaupun kalau kuperhatikan dia belum terlalu mengerti dan merasakan itu. Ya paling ada satu moment, dia nangis karena pengen ikut Kakak Alesha, sementara Si Kakak pergi ikut Gara dan Babanya naik motor beli makan siang. Babanya sempat menawarkan naik mobil aja supaya bisa ikut semua. Aku hargai itu, api aku merasa ngga perlu, toh Garanya pengennya naik motor. Fariha akhirnya berhenti nangis setelah aku bujuk dia untuk makan sambil nonton youtube. Aku cuma bisa mencoba melegowokan hati. Alhamdulillah, hari ini waktunya aku pulang, jadi aku bisa memulihkan kelelahanku sejenak. Selama perjalanan, di mobil dari rumah ibu ke Tangerang, aku meditasi dipandu oleh video di youtube. Aku merasa lebih ringan dan mindful.

Tapi sampai rumah, ketika Hanan diajak ayahnya merakit lego, Ayahnya shock dan kehilangan kesabaran dengan Hanan yang sesulit itu bekerja sama untuk merakit lego. Sampai dia ngomong, ngga usah lagi ke rumah Rawasari kalau Hanan jadi ngga kekontrol kegiatannya. Aku berusaha tenang. Alhamdulillah kebantu dengan meditasi di mobil tadi. Kalau ngga, mungkin aku akan bersikap defensif. Tapi saat itu aku merasa berkesadaran penuh untuk mengambil jarak dari permasalahan, dan berusaha bersikap rasional menghadapi kemarahan ayahnya Hanan dan menenangkan Hanan. Dan sebelum tidur aku sempat ngobrol dengan tenang ke Ayahnya. 

Hari Jumat siang, Fariha demam. Suhunya 38,7 dercel. Padahal besoknya ada rencana mau antar Hanan pesantren kilat di Bandung. Sempat minum obat parasetamol siang dan malam hari mau tidur.

Hari Sabtu, alhamdulillah sepertinya Fariha ngga demam lagi. Tapi Hanan dan Ayah kurang sehat, jadi tetap gagal ke Bandung. Akhirnya mereka berdua merakit lego di rumah. 

Alhamdulillah semua itu sudah kulalui. Walau masih ada perasaan-perasaan negatih tersisa yang intensitasnya kecil. 

Kesimpulan dari seluruh pengalaman itu semua tadi apa? Kesimpulannya adalah.... ya aku memang masih punya luka batin. Luka batin ini bikin aku rapuh, mudah tercetus emosi, mudah merasa sakit hati, dan sulit move on. Tapi sebenarnya mungkin aku bisa menghindari perasaan-perasaan itu kalau aku konsisten melakukan kebiasaan-kebiasaan baik seperti meditasi dan jurnaling. Kebiasaan itu memberi kesempatan aku untuk menarik napas panjang, lebih mudah mengambil jarak dari permasalahan, mereframing ulang pikiran, supaya bisa lebih punya pandangan yang netral dan tidak mudah terbawa pikiran negatif. 

Ayo deh, Rie, jangan berhenti berdzikir, bermeditasi, benerin sholat, dan journaling!







11/12/24

Kulari Ke Pantai ... (Tanjung Lesung)

Bulan November lalu, ada acara Family Gathering kantor Ayah. Tahun ini acaranya diadakan di Tanjung Lesung Hotel & Resort, tanggal 22-24 November. Main ke pantai deh kita!

Karena Ayah masih ada kerjaan yang harus diselesaikan di tanggal 22 (Jumat), jadi kami memutuskan berangkat di hari Sabtu, 23 November. Kita jalan dari rumah jam 3 malam, dan jam 4 kami mampir di rest area untuk sholat subuh di Masjid... 

Setelah sholat, kami lanjutkan perjalanan dan tiba di venue sekitar jam 7 pagi. Setelah check in dan menaruh barang-barang di kamar, kami ikut sarapan di restoran hotel. Menunya ada sereal, bubur ayam, bubur kacang ijo, buah, kue tradisional, dan menu prasmanan. Btw, penginapannya bentuknya resort, jadi 1 pondokan ada 2 kamar. Jadi kita berbagi pondokan dengan keluarga lain. 

Selesai sarapan, Fariha minta berenang, padahal ayahnya mau tiduran dulu dan Hanan juga udah terlanjur mandi (pas berangkat tadi, cuma Hanan yang belum mandi). Karena kekeuh pengen berenang, ya jadi aja dia berenang sendiri. Aku juga belum mood berenang, jadi cuma nemenin aja di pinggir kolam. Setelah berenang sebentar, lalu bilas dan mandi lagi. Rupanya Ayahnya lagi main  outdoor game bareng seluruh pegawai kantor. Aku ajak Fariha dan Hanan jalan-jalan ke pantai. Lalu Ayah gabung karena udah selesai gamenya. Kita foto-foto di sekitar pantai, lalu main air dan pasir di pantai. Untung ada lapak penjual mainan pasir di dekat resto, jadi Fariha bisa main pasir. 

Malamnya, ada acara Gala Dinner di Resto. Acaranya ya nyanyi, pengumuman pemenang dan pembagian hadiah lomba. Tapi belum sampai selesai aku dan anak-anak udah balik ke kamar. 

Keesokan harinya (Minggu 24 November), setelah sarapan, kami langsung main ke Pantai lagi. Main pasir dan main air, lanjut berenang di kolam renang hotel. Berenang sampai puas. Setelah itu kita check out, dan mampir makan siang di warung makan Sunda yang underrated. Ini warung penampakannya biasa, tapi masakannya enak. Tapi lupa aku nama tempatnya apa. Alhamdulillah jam 5 sore kita sudah sampai di rumah. 



Akhirnya Sholat Jumat Lagi Setelah Absen Dua Tahun

Ini bukan kisah inspiratif. Pengalaman parentingku memang ngga bagus-bagus amat, bukan yang ideal, mungkin kurang bagus malah, bukan yang bisa dibanggakan gitu. Kuakui, sebagai ibu yang juga punya isu kesehatan mental yang kurang baik, penerapan parentingku banyak sekali yang ngga sesuai dengan parenting yang baik. Walaupun belajar parenting, tapi ternyata aku lupa untuk menyelesaikan urusanku sendiri. Jadi ilmu parentingnya agak sulit aku terapkan. Halah, jadi curhat...

Balik lagi ke topik dan judul. Jadi ini cerita tentang anak keduaku. Hanan. Sebagai muslim, tentunya kami ajarkan tentang sholat kepada anak-anak sesuai dengan kemampuan kami. Hanan mulai ikut sholat Jumat umur 8 tahun, itu sejak dia masuk sekolah dasar. Kenapa dia masuk SD usia 8 nanti akan aku ceritakan di postingan tersendiri. Usia 9 tahun (kelas 2), itu tahun 2019-2020, Hanan sholat Jumat di sekolah. Kalau tidak sedang sekolah, Hanan sholat Jumat bareng temannya atau ayahnya kalau pas bisa nemenin.

Datanglah pandemi di tahun 2020. Waktu itu diberlakukan lock down (waktu itu namanya PPKM) sepenuhnya. Pembelajaran dilakukan di rumah. Ibadah juga harus di rumah, termasuk sholat Jumat. Kantor ayahnya juga memberlakukan work from home. Jadi setiap hari Jumat, sholat Jumatnya di rumah sama ayahnya. 

Selama pandemi, ada masanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) alias lock down dilonggarkan. Ayah balik kerja di kantor, masjid juga mulai mengadakan sholat Jumat dengan menjaga jarak, sekolah mulai mengadakan lagi pembelajaran tatap muka (PTM) bagi yang mau. Buat Hanan, aku masih belum berani untuk membiarkan ikut PTM, jadi masih lanjut belajar di rumah. Nah sholat Jumatnya ini, dia masih di rumah. Sepertinya kelamaan berlangsung seperti itu, yang lain sudah mulai sholat Jumat di masjid, Hanan sering terkendala mau Jumatan ngga ada barengannya. Akhirnya, menjadi kebiasaan buruk. Setiap Jumat ngga sholat Jumat, walaupun saat itu ada Ayahnya yang lagi ngga ngantor dan bisa nemenin. Waktu liburan lebaran, saatnya sholat Jumat, sepupu-sepupunya pada berangkat, Hanan ngga berangkat. Di rumah setiap aku bilang mau antarin dia sholat Jumat dia ngga mau dan malah berpura-pura tidur. Itu berlangsung sampai sekitar bulan Mei 2023. 

Di waktu-waktu ini, lagi booimg banget warung es krim Mixue. Hanan kayanya penasaran banget, dan berkali-kali minta diajak nyobain es krim di situ. Aku dari awal sama sekali ngga minat dan ngga mau ajak anak-anak ke sana. Karena apa ya? Ya pertama, dia jualan es krim dan minuman manis aja. Kedua, Mixue ini retail tenant dari China, kaya males aja mau nyobain. Jadi waktu Hanan berkali-kali bilang pengen ke sana, aku dengan tegas jawab NGGA dengan menjelaskan alasannya yang berkaitan dengan kesehatan. 

Tapi...entah dapat wangsit dari mana, aku kepikiran ide ini. 

"Hanan, ibu mau ngajak ke Mixue, hari Jumat habis sholat Jumat. Gimana?"

Waktu itu respon Hanan ya ngga setuju. Tapi aku ngomong seperti itu terus setiap kali dia ngomongin pengen ke Mixue. 

Akhirnya di sekitar pertengahan bulan Mei 2023, dia (dengan berat hati hihi...) mau ambil tantangan itu. Tapi waktu itu dia ngga mau sholat di mesjid dekat rumah. Sekalian aku tawarkan sholat di mesjid yang dekat dengan warung Mixue terdekat, dan itu ada di lokasi yang letaknya sekitar 10 menit perjalanan naik mobil dari rumah. Di hari H-nya, aku antarkan dia naik angkot, sembil gendong Fariha panas-panasan ke mesjid yang dimaksud. Namanya Masjid Haji Na'im, di daerah sekitar Pasar Curug. di seberangnya ada warung Mixuenya. 

Sholat Jumat pertama, aku tungguin dia di depan masjid sambil gendong Fariha yang ketiduran. Oh ya, sambil nunggu, aku makan di warung padang depan masjid. Setelah selesai sholat, sesuai janji, aku ajak dia beli es krim di Mixue. Alhamdulillah... akhirnya anakku lanang mau sholat Jumat lagi. 

Jadi, agenda mingguanku setiap Jumat adalah nganterin Hanan sholat Jumat dan traktir es krim Mixue. Cuma ya itu, masih harus sesuaikan dengan kemauan dia juga yang masih belum mau sholat di masjid dekat rumah. Bahkan sempat beberapa bulan aku harus nge-grab car ke Citra Raya dan menempuh perjalanan selama kurang lebih 25 menit untuk sekedar untuk antar Hanan sholat Jumat di mesjid daerah sana plus traktir es krim Mixue. Tetapi... perlahan-lahan, lama kelamaan, Hanan udah mau sholat Jumat di mesjid dekat rumah dan ngga harus traktir Mixue. Mixuenya diganti jus buah, kadang malah ngga sama sekali. 

Alhamdulillah aku bersyukur atas semua yang terjadi. Mungkin caraku kurang tepat, tapi itulah yang bisa aku upayakan. 

Untuk Hanan.... Ibu ridho pada Hanan. Semoga Allah limpahkan ridhoNya, taufik dan hidayahNya untuk Hanan, dan selalu menunjukkan jalan yang lurus untuk Hanan, dan semoga Allah lembutkan hati Hanan menerima nasihat baik dan menjalankannya. Aamiin...


09/12/24

Perjalanan ke Bandung

Tanggal 7 dan 8 Desember kemarin, kami sekeluarga ke Bandung. Tujuan utamanya adalah survey pesantren yang direferensikan oleh Babanya Ajib, tetangga kami dulu waktu tinggal di Taman Royal 3. Kalau dari cerita yang bersangkutan, pesantren ini ramah anak berkebutuhan khusus. Oke, layak ni didatangi langsung untuk cari info lebih jelas. 

Kami berangkat dengan Travel DayTrans di hari Sabtu 7 Desember jam 6 pagi. Alhamdulillah, persiapan di pagi hari berjalan lancar, dan kita bisa tiba di tempat penjemputan sebelum jam 6. Berangkat tepat waktu, perjalanan lancar ngga ada macet, dan tiba pun tepat waktu. Kami turun di Pasteur, menunaikan hajat ke toilet umum, dan isi perut yang lapar. 

Setelah merasa cukup, Ayah pesan taksi online untuk mengantar ke Pesantren yang kami tuju. Alhamdulillah, dapat kendaraan dan sampailah kami di pesantren itu. Namanya Kampung Qur'an Cendikia (KQC). 

Survey Kampung Qur'an
Selama di sana, kami bertanya banyak hal. Dari mulai hal umum sampai yang khusus, terutama berkaitan dengan isu yang dialami Faiq Hanan. Penjelasan-penjelasan yang mereka berikan cukup memberikan rasa optimis kalau ini sepertinya cukup pas untuk Hanan. Ini catatan-catatan kami:

1. Penerimaan santri dalam jumlah yang sedikit (sekitar 20-30 santri), sehingga santri terpantau betul oleh para pengasuh dan ustadznya. 
2. Musyrif dan ustadz tinggal di kawasan pesantren. Bahkan kamar musyrifnya ada di sebelah kamar santri. 
3. Pendekatan personal sesuai karakter anak ketika ada masalah. 
4. Sudah ada pengalaman-pengalaman menghadapi anak dengan kebutuhan khusus, termasuk ketika anak tantrum.
5. Ketika memberi jawaban tentang poin nomor 4, ustadz bicara apa adanya, ngga menjanjikan hal yang berlebihan, tapi cukup meyakinkan kami mereka punya dedikasi dalam mendidik anak dengan kondisi apapun. 
6. Tempatnya sangat homey, dan sesuai dengan Hanan yang suka eksplorasi. Semi alami, berbukit-bukit, dan sejuk.

Singkat cerita, aku dan suami melihat, tempat ini memungkinkan jadi tempat belajar yang sesuai kebutuhan Hanan. Semoga. 

Liburaaan
Selesai dari KQC, kami jalan ke Minimart Yomart. Belanja bekal cemilan buat di hotel. Karena hotel tempat nginap kami jauh dari mana-mana hahaha. Di situ ada mainan odong-odong, seneng banget deh si Fariha. Selesai belanja dan main, baru deh kita ke penginapan, di Dago Highland. Kita naik Gocar ke sana. Wuih asli, menuju ke sana naik turunnya lumayan curam. Tapi begitu sampai di sana, lumayan bagus sih pemandangannya. 

Setelah check in, Fariha ngga sabar pengen berenang. Setelah makan modal pop mi dan ngegrab food, ayah dan anak-anak pada berenang. Ibunya ngga dulu. Yang pertama karena lagi haid, yang kedua, aku ngga bisa berenang di tempat dingin. Kupingku bakal kerasa sakit banget, plus seluruh badan kaya kebas gitu. 

Dan Hari itu ditutup dengan makan malam Kebab pesan via gofood. Kebabnya enak. 

Besok harinya, jam 3 aku udah bangun langsung mandi. Rencana hari ini mau lihat sunrise di Tebing Keraton, di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda. Rencana mau berangkat jam 4.30, ayah dan anak-anak ngga usah mandi, ganti baju aja. Baru dapat taksi online jam 5 am. Ya sudahlah berangkat. Sampai gerbang kawasan Tahura Taksi ngga boleh masuk lagi karena dikuasai ojek panggilan. Jadinya kita naik ojek untuk bisa sampai di Pos 5 Tahura. Sampai di Pos 5, eh pintu nya belum dibuka. Petugasnya terlambat datang nih. Mataharinya udah keluar. Ya gagal deh lihat sunrise. Masuk ke sini bayar tiket 17ribu per orang. Asiknya jalan-jalan di hutan pagi-pagi. Udaranya... sejuk. Dan sampailah kita di Tebing Keraton... 

Maasya Allah Tabarakallah.... ngga papa ngga dapat sunrise, tanpa itu pemandangan di sini udah maasya Allah cakep sekaliiiii.... sampai mau nangis! 

Bagus banget. Sayang ketemu sekelompok orang ngerokok asapnya mengganggu banget. Tapi beneran bagus banget. Kaya ngga pengen pergi. Tapi akhirnya kita selesai di situ dan jalan-jalan menyelusuri kawasan di pos 5. Melihat camping ground, dan balik lagi keluar pintu pos 5. Dapat udara segar alhamdulillah. 

Dari situ kita naik ojek yang tadi lagi, dipanggil via wa. Kita naik ojek langsung sampai penginapan. Sempat ada drama ban motor kempes dan (kayanya) bocor, padahal jalanan naik turun. Alhamdulillah selamat sampai penginapan. Sampai penginapan kita sarapan di resto, lanjut berenang lagi Fariha dan Ayah. Kita check out jam 11an, dan langsung naik taksi online ke travel DayTrans di Dipati Ukur. 

Sempat bingung beli oleh-oleh di mana. Untungnya di sekitar situ Ayah nemu tempat jualan oleh-oleh nyempil dekat masjid. Misi beli oleh-oleh terselesaikan. Alhamdulillah liburan singkat yang cukup berhasil lah.... Kita bisa pulang ke Jakarta dengan tenang, walau ngalamin macet pas keluar Bandung. Sekitar pukul 5 sore kami sampai di Rawasari. 




Tumbuh Kembang Fariha 3 Tahun 8 Bulan

Lama ngga update perkembangan Fariha.

Di usia yang sekarang ini (3 tahun 8 bulan) pencapaian Fariha akan aku catat di sini.

Fariha sekarang ini lagi suka kegiatan seperti prakarya (menggunting, menempel), menggambar, main lempar tangkap bola, mewarnai, main air, berenang (masih pakai pelampung).

Teman bermainnya di rumah selain Ibu dan Mas Hanan, yang dia kenal akrab ada Safia, Kak Gina, Acil. Kalau di rumah Yangtinya, main bareng sepupunya yang seumuran: Gara dan Gendis. Kadang diajak main juga sama kakak sepupunya Alesha. 

Alhamdulillah, untuk toilet training sudah 75% progressnya. Kalau mau BAK dia sudah bisa bilang sebelum pipis, dan sudah jarang ngompol, kecuali kalau malam. Malam masih pakai diapers. Pergi juga masih suka aku pakaikan diapers. Ibunya masih ngga pede kalau tanpa diapers, apalagi perjalanan jauh. Tapi sebenernya dia udah bisa tetap bilang mau pipis walau pakai diapers. Ya semoga bulan depan aku ngga perlu lagi pakaikan diapers untuk pergi. Mungkin bulan ini juga sudah bisa insha Allah. Kalau tidur malam ini yang masih PR juga. 

Tapi aku seneng banget, alhamdulillah. Buang air besarnya akhirnya sekarang dia udah mau dan bisa BAB di kloset kamar mandi. Awalnya kan ngga mau, dan selalu bilang ngga bisa kalau diminta BAB di kloset. Tapi kemarin ada momentumnya. Fariha lagi suka karakter Robocar Poli. Lalu aku bilang, akan kasih hadiah mainan Robocar Poli kalau Fariha bisa BAB di kloset. Di luar ekspektasi, tanpa drama dia langsung mau dan bisa lho. Alhamdulillah. Langsung deh itu mainan aku belikan. 

Masalah waktu makan juga masih PR, sih. Setiap diajak makan (pagi, siang, sore) hampir selalu harus sambil nonton Youtube di HP. Ada kalanya dia mau makan tanpa itu. Tapi itu kalau lagi bener-bener lapar. Ya memang harusnya dilaparkan dulu ya. Tapi membuat dia lapar di kondisi sehari-hari itu jadi tantangan juga. Karena dia pasti udah pengen dan minta ini itu duluan. Dan aku belum bisa konsisten untuk itu. 

Fariha juga udah mulai ngerti shopee. Mulai minta ini itu di shopee. Hadeeh..

Satu hal lagi yang agak mengganggu pikiranku. Fariha masih suka minta minum susu di botol dot. Kemarin sempat lama aku ngga kasih, tapi sekarang karena tetiba dia minta banget, kupikir apa kasih aja lah ya... mumpung masih usia yang tolerable untuk ngedot. Biar puas dari rasa penasarannya. Daripada nanti dia penasaran terus kebawa sampai tambah besar. Jadi ya, kukasih lah dot. Tapi tetap aku kasih batasan. Hanya untuk minum susu di rumah saja. Kalau lagi di luar rumah ya ga bawa-bawa dot. Dan minum susu aku batasi 2x aja sehari. 

Kalau perkembangan motorik kasar Fariha :

1. Berlari

2. Berdiri 1 kaki

3. Melompat dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah

4. Berjalan meniti 1 garis 

5. Melompat di trampolin

6. Naik tangga 

7. Main perosotan udah bisa, tapi belakang ini suka kadang-kadang takut. 

8. Memanjat masih takut, belum lancar. Padahal sebenarnya bisa. 

9. Melompati tali


Motorik halus:

1. Menggunting garis lengkung / lingkaran

2. Memasang isolasi

3. Mewarnai tidak keluar garis

4. Menggambar lingkaran

5. Menempel di bidang datar

6. Menuang cairan ke dalam gelas 

7. Menyendok dan memasukkan ke dalam gelas

8. Mengancing dan melepas kancing baju

9. Meronce bisa, tapi masih perlu dibantu

10. Memakai dan melepas celana

11. Memakai baju (kalau melepas baju belum bisa)

12. Konstruksi balok menjadi rumah, istana, kereta, dan macam-macam lainnya.

13. Cuci peralatan makan (plastik)


Bahasa dan ekspresi:

1. Sudah pandai membuat argumen

2. Pandai bernalar

3. Membuat kalimat-kalimat panjang

4. Bercerita dengan ekspresi yang lucu. Dia suka cerita misalnya, "Ih itu dino nya gede banget, tauu..." sambil matanya membulat dan suaranya meninggi. Wkwk... gemesh!


Sosial emosi:

1. Punya inisiatif bikin ini itu tapi minta dibantu ibunya. Jadi dia yang ngide, tapi merasa belum bisa, ibunya yang suruh bikinin bagian yang dia ngga bisa. Nah bagian yang dia bisa baru dia yang kerjain. Haha...

2. Mau bercerita kepada orang yang dia udah kenal. Kepada orang yang baru kenal atau jarang ketemu, kebanyakan diam.

3. Agak enggan kenalan dengan orang baru.

4. Suka inisiatif membantu ibu menjemur, cuci piring. 

5. Suka nyanyi - nyanyi kecil kalau sedang main sendiri.





Tahun 2024, Tahun Kemunduran Terparah dalam Pengembangan Diriku

Iya, tahun 2024 ini adalah tahun kemunduran terparah bagi perkembangan kepribadianku. Begini ceritanya. Aku memang aslinya orang yang introv...