23/12/14

Belajar Berani dan Mandiri: Bersepeda ke Tempat Les



Zhafir ikut les piano sudah 3 bulanan ini. Sebelumnya ikut les menggambar. Tempatnya sama. Jadi sudah sekitar 1 tahunan dia les di tempat itu. Namanya Koas Art. Letaknya masih di dalam perumahan tempat kami tinggal. Lebih asyik kalau naik motor. Kalau naik mobil ngga masalah sih, Cuma sayang bensinya aja. Lagi ribet, keluar masukin mobil untuk antar-pulang-jemput-pulang les. Karena motor dipakai Ayah ke kantor, otomatis hanya mobil dan sepeda aja kendaraan yang ada di rumah. 

Ceritanya nih, Ibu pingin Zhafi ke tempat les naik sepeda aja. Beberapa kali Ibu sarankan, tapi Zhafi masih belum mau, karena dia masih takut nyeberang di jalan boulevardnya. Sebenarnya ngga ramai sih, tapi memang tetap harus hati-hati. Waktu awal-awal, aku juga belum mau memaksanya. Masih khawatir juga. Tapi … semakin lama, kayanya perlu banget deh Zhafi ke tempat les naik sepedanya sendiri. Bukan hanya karena alasan ribetnya tadi, tapi karena Zhafi udah cukup hapal lah jalan ruma ke tempat les. Dia perlu melatih keberanian dan kemandiriannya. Bisa aja kan sekali waktu, ngga ada mobil atau motor, entah karena lagi dibetulin atau diservis. Masak karena alasan itu, dia jadi ngga les. 

Terus, alasannya ala emak-emak, ya karena harga BBM yang udah makin ngga bersahabat. Hehehe.
Tapi beneran nih, alasan utama karena dia perlu berani dan lebih mandiri. 

Akhirnya di suatu kesempatan, aku bilang, kali ini Ibu antar. Tapi akan tiba suatu hari *tsaah* Zhafi harus belajar untuk ke tempat les naik sepeda. Zhafi diam dan mengangguk aja. Datanglah kesempatan itu. Awal bulan Desember, aku niatkan untuk mendampingi Zhafir naik sepeda ke tempat lesnya. Aku pakai sepeda lipat punya Si Ayah, sambil membonceng Hanan, menemani Zhafir naik sepede BMXnya. 

Dia ngga mau awal-awalnya. Marah-marah, sampai bilang begini, “nanti kalau Mas Zhafi ketabrak gimana?” 

Aku jawab, “Kita berhati-hati sebisa mungkin. Sebelum berangkat kita berdoa, lalu sebisa mungkin kita berhati-hati supaya nggak tertabrak.”

“Sebisa mungkin? Berarti kan tetep bisa aja ketabrak?”

“Kecelakaan, ketabrak, itu bisa aja terjadi kapan aja, dimana aja. Mau naik sepeda, naik mobil, naik motor, naik pesawat, kalau udah kehendak Allah, kecelakaan bisa terjadi. Kita hanya perlu berdoa dan berusaha dengan berhati-hati supaya ngga ketabrak.  Yuk!”

Aku sengaja ngga mau kasih kesempatan lagi untuk berdebat. Karena saat ini yang dia perlukan hanya mencoba, menantang keberaniannya. Sepanjang perjalanan, mukanya cemberut. Ada salah sedikit, dia marah. Aku senyum aja.

Sampai di tempat kami menyebrang, aku ingatkan lagi dia, “Nah, yuk sekarang perhatikan jalan, ngga usah buru-buru. Kasih tangan. Yuk, nyebrang.”

Alhamdulillah sampai. Aku janji akan jemput dia untuk menemani dia pulang. Setelah dia mengunci sepeda dan masuk ke tempat lesnya, aku pun pulang ke rumah.

Ternyata, sampai di rumah, aku baru sadar kalau ban sepedanya kempes. Aku coba pompa , ternyata, pentil ban sepedanya termasuk unik, mau aku pompa, malah jadi kempes, sekempes-kempesnya. Akhirnya, nyerah deh. Habis mandi, aku jemput dia naik mobil *tepokjidat, mana katanya mau ngirit bensiiin*. Kadung udah janji jemput.

Karena kelamaan urusan memompa tadi, ditambah dengan mandi dan mandiin Hanan, waktu menjemputnya ngepas banget. Lesnya hanya 1 jam, sih. Aku segera memacu mobilku ke tempat lesnya. Sampai di sana aku ngga lihat sepedanya terparkir di depan tempat lesnya. Deg! Sepedanya mana? Setelah kutanyakan ke Mbak Ike, admin Koas Art, ternyata Zhafi udah pulang naik sepedanya. Waduuhh…. Udah sampai mana ya? 

Aku berniat mau kasih reward atas keberaniannya mencoba. Langsung kubelikan 2 bungkus es krim. Satu untuk Zhafi, satu untuk Adiknya (supaya ngga terjadi perang nantinya, hehe). Setelah es krim di tangan, aku segera menuju pulang. Ternyata Zhafi sudah sampai di depan pintu kompleks.

“Haiiii, Mas Zhafiiii!” Dia tanpa ekspresi. Hehe. Mungkin rada kesel kali ya.
Sampai rumah, sepertinya dia udah keliatan marah.

“Kok ibu naik mobiill?!”

“Iyaaa, ban rodanya kempeees, ngga bisa dipompa. Maaf yaaa. Yukk,cepetan masuk, ibu ada es krim buat anak yang berani!”
Ekspresi wajahnya langsung berubah. Dia bergegas memarkir sepedanya, lalu masuk rumah. Hehe, langsung lupa marahnya.

“Iniii diaaa. Es krim. Hadiah untuk anak yang berani mencoba hal baru. Naik sepeda sendiri ke tempat les! Hadiah juga buat Adek, yang udah temenin mas Zhafi ngantar ke tempat les naik sepedaaa!”
Keduanya pun asik menikmati es krimnya masing-masing.

Minggu berikutnya dia pun naik sepeda ke tempat lesnya. Dan bener kaan berguna banget keberaniannya itu. Minggu lalu, mobil harus istirahat karena ‘sakit’. Motor juga dibawa ayahnya ke kantor. Tapi aku bisa santai, karena Zhafi udah bisa ke tempat lesnya sendiri naik sepeda. Alhamdulilllahhh.

Tapi jujur sih, suka masih muncul rasa khawatir juga. Seperti kemarin nih, les jam 3, harusnya jam 4 seperempat udah sampai rumah. Tapi sampai jam setengah 5, belum juga sampai. Langsung ku telpon Mbak Ike. Ternyata tadi memang terlambat mulainya. Dan baru aja jalan semenit lalu. Weh, belum lama aku tutup telponnya, Zhafi udah sampai. Lhooo… jangan-jangan ngebut nih. Waktu kutanyakan, “iya, hehehe.” #Haddeehhh.


Tidak ada komentar:

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...