Zhafir ikut les piano
sudah 3 bulanan ini. Sebelumnya ikut les menggambar. Tempatnya sama. Jadi sudah
sekitar 1 tahunan dia les di tempat itu. Namanya Koas Art. Letaknya masih di
dalam perumahan tempat kami tinggal. Lebih asyik kalau naik motor. Kalau naik
mobil ngga masalah sih, Cuma sayang bensinya aja. Lagi ribet, keluar masukin
mobil untuk antar-pulang-jemput-pulang les. Karena motor dipakai Ayah ke
kantor, otomatis hanya mobil dan sepeda aja kendaraan yang ada di rumah.
Ceritanya nih, Ibu pingin Zhafi ke tempat les naik sepeda
aja. Beberapa kali Ibu sarankan, tapi Zhafi masih belum mau, karena dia masih
takut nyeberang di jalan boulevardnya. Sebenarnya ngga ramai sih, tapi memang
tetap harus hati-hati. Waktu awal-awal, aku juga belum mau memaksanya. Masih khawatir
juga. Tapi … semakin lama, kayanya perlu banget deh Zhafi ke tempat les naik
sepedanya sendiri. Bukan hanya karena alasan ribetnya tadi, tapi karena Zhafi
udah cukup hapal lah jalan ruma ke tempat les. Dia perlu melatih keberanian dan
kemandiriannya. Bisa aja kan sekali waktu, ngga ada mobil atau motor, entah
karena lagi dibetulin atau diservis. Masak karena alasan itu, dia jadi ngga
les.
Terus, alasannya ala emak-emak, ya karena harga BBM yang udah makin ngga
bersahabat. Hehehe.
Tapi beneran nih, alasan utama karena dia perlu berani dan
lebih mandiri.
Akhirnya di suatu kesempatan, aku bilang, kali ini Ibu
antar. Tapi akan tiba suatu hari *tsaah* Zhafi harus belajar untuk ke tempat
les naik sepeda. Zhafi diam dan mengangguk aja. Datanglah kesempatan itu. Awal bulan
Desember, aku niatkan untuk mendampingi Zhafir naik sepeda ke tempat lesnya. Aku
pakai sepeda lipat punya Si Ayah, sambil membonceng Hanan, menemani Zhafir naik
sepede BMXnya.
Dia ngga mau awal-awalnya. Marah-marah, sampai bilang begini, “nanti
kalau Mas Zhafi ketabrak gimana?”
Aku jawab, “Kita berhati-hati sebisa mungkin. Sebelum berangkat
kita berdoa, lalu sebisa mungkin kita berhati-hati supaya nggak tertabrak.”
“Sebisa mungkin? Berarti kan tetep bisa aja ketabrak?”
“Kecelakaan, ketabrak, itu bisa aja terjadi kapan aja,
dimana aja. Mau naik sepeda, naik mobil, naik motor, naik pesawat, kalau udah
kehendak Allah, kecelakaan bisa terjadi. Kita hanya perlu berdoa dan berusaha
dengan berhati-hati supaya ngga ketabrak. Yuk!”
Aku sengaja ngga mau kasih kesempatan lagi untuk berdebat. Karena
saat ini yang dia perlukan hanya mencoba, menantang keberaniannya. Sepanjang perjalanan,
mukanya cemberut. Ada salah sedikit, dia marah. Aku senyum aja.
Sampai di tempat kami menyebrang, aku ingatkan lagi dia, “Nah,
yuk sekarang perhatikan jalan, ngga usah buru-buru. Kasih tangan. Yuk,
nyebrang.”
Alhamdulillah sampai. Aku janji akan jemput dia untuk
menemani dia pulang. Setelah dia mengunci sepeda dan masuk ke tempat lesnya,
aku pun pulang ke rumah.
Ternyata, sampai di rumah, aku baru sadar kalau ban
sepedanya kempes. Aku coba pompa , ternyata, pentil ban sepedanya termasuk
unik, mau aku pompa, malah jadi kempes, sekempes-kempesnya. Akhirnya, nyerah
deh. Habis mandi, aku jemput dia naik mobil *tepokjidat, mana katanya mau
ngirit bensiiin*. Kadung udah janji jemput.
Karena kelamaan urusan memompa
tadi, ditambah dengan mandi dan mandiin Hanan, waktu menjemputnya ngepas
banget. Lesnya hanya 1 jam, sih. Aku segera memacu mobilku ke tempat lesnya. Sampai
di sana aku ngga lihat sepedanya terparkir di depan tempat lesnya. Deg! Sepedanya
mana? Setelah kutanyakan ke Mbak Ike, admin Koas Art, ternyata Zhafi udah
pulang naik sepedanya. Waduuhh…. Udah sampai mana ya?
Aku berniat mau kasih reward atas keberaniannya mencoba. Langsung
kubelikan 2 bungkus es krim. Satu untuk Zhafi, satu untuk Adiknya (supaya ngga
terjadi perang nantinya, hehe). Setelah es krim di tangan, aku segera menuju
pulang. Ternyata Zhafi sudah sampai di depan pintu kompleks.
“Haiiii, Mas Zhafiiii!” Dia tanpa ekspresi. Hehe. Mungkin rada
kesel kali ya.
Sampai rumah, sepertinya dia udah keliatan marah.
“Kok ibu naik mobiill?!”
“Iyaaa, ban rodanya kempeees, ngga bisa dipompa. Maaf yaaa.
Yukk,cepetan masuk, ibu ada es krim buat anak yang berani!”
Ekspresi wajahnya langsung berubah. Dia bergegas memarkir
sepedanya, lalu masuk rumah. Hehe, langsung lupa marahnya.
“Iniii diaaa. Es krim. Hadiah untuk anak yang berani mencoba
hal baru. Naik sepeda sendiri ke tempat les! Hadiah juga buat Adek, yang udah
temenin mas Zhafi ngantar ke tempat les naik sepedaaa!”
Keduanya pun asik menikmati es krimnya masing-masing.
Minggu berikutnya dia pun naik sepeda ke tempat lesnya. Dan bener
kaan berguna banget keberaniannya itu. Minggu lalu, mobil harus istirahat
karena ‘sakit’. Motor juga dibawa ayahnya ke kantor. Tapi aku bisa santai,
karena Zhafi udah bisa ke tempat lesnya sendiri naik sepeda. Alhamdulilllahhh.
Tapi jujur sih, suka masih muncul rasa khawatir juga. Seperti
kemarin nih, les jam 3, harusnya jam 4 seperempat udah sampai rumah. Tapi sampai
jam setengah 5, belum juga sampai. Langsung ku telpon Mbak Ike. Ternyata tadi
memang terlambat mulainya. Dan baru aja jalan semenit lalu. Weh, belum lama aku
tutup telponnya, Zhafi udah sampai. Lhooo… jangan-jangan ngebut nih. Waktu kutanyakan,
“iya, hehehe.” #Haddeehhh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar