Kemarin sore aku bermaksud ke dokter gigi. Jarak klinik yang agak
jauh, dan harus membawa serta Hanan ngga memungkinkan kami jalan kaki atau naik
sepeda. Kendaraan yang ada di rumah adalah mobil. Ketika mobil kujalankan
beberapa meter, mobil itu mengeluarkan bunyi ‘klontang-klontang’ yang
sepertinya berasal dari sebelah kiri depan. Aku berhenti tidak jauh dari rumah.
Lalu menelpon suami, menanyakan sudah sampai di mana. Setelah tau kalau dia
sudah dekat sampai rumah, aku putuskan untuk menunggunya, dan pergi berobat
gigi mengendarai motor yang dipakai suami.
Aku lalu memutar balik mobil, untuk kembali ke rumah. Jalanan sebenarnya
cukup untuk 2 mobil, tapi untuk memutar balik butuh upaya lebih. Karena merasa
sudah biasa, aku lanjutkan putar balik. Sebenarnya bisa aja. Putar balik baru
setengahnya, lalu aku merasa menabrak (tepatnya roda mobil kiri depan yang
menabrak) sesuatu dan tak lama terdengar bunyi “pssss….”. Aku merasa mukaku
pias. Perasaanku mengatakan, bannya bocor parah, sangat parah.
Dan ternyata benar. Aku menabrak tiang cor-coran semen yang tergelatak
di pinggir jalan itu. di tiang itu ada
kawat besar yang mencuat. Nah… kawat itulah yang menusuk ban roda depan dan
membuatnya kempes.
Muka panikku mungkin sangat terbaca. Aku ngga tau apa reaksi suamiku
nanti. Yang pasti tidak senang. Dan memang, dia marah. Ngga habis pikir bagaimana
bisa kejadian. Tapi marahya bukanlah marah yang meledak-ledak. Marahnya cukup
dengan ekspresi yang aku baca dan beberapa patah kata aja.
Duh… aku mending dimarahin deh…. Biar ga makin merasa bersalah….
Setelah selesai dengan urusan ban, malamnya ketika akan mengambil
smartphone di atas rak, hp itu terjatuh. Kurasa jatuhnya tidak terlalu keras. Tapi
ternyata setelah kunyalakan, ketahuan LCDnya rusak. Patah hatiku jadinya. Aku baru saja
memilikinya kurang dari 3 minggu. Sebelumnya, selama tiga bulan ngga pake HP sama
sekali setelah HP jadul yang menemaniku sejak tahun 2009 akhirnya mati.
Akhir tahun 2012 pernah dibelikan BB, hanya bertahan 2 bulan lalu rusak. Setahun berikutnya
dibelikan Samsung Galaxy, kecopetan di commline hanya 2 bulan setelahnya. Dan sekarang....?
Pecahlah tangisku.
Dengan kedua kejadian yang tidak menyenangkan kemarin, kok aku merasa
dihukum. Atau mungkin ditegur. Mungkin aku terlalu sering lalai sejak kehadiran
smartphone ku itu.,
Dan aku cuma bisa ngeluh, tapi sering lupa bersyukur ...
Tapi keesokan harinya aku diperlihatkan
kejadian yang membuatku merasa jauh lebih bersyukur, meski ‘kesialan’ baru
menimpa.
Bibi yang jadi ART datang dengan muka suntuk. Kerja pun seperti
berangasan. Nyapu ngepel bunyi dag dug dag dug. Sapu dilempar. Hah… ada apa ini
si Bibi. Ngga lama terdengar dia
bergumam-gumam sendiri, tapi cukup terdengar suaranya olehku. Aku datangi beliau
dan bertanya, "Ada apa, Bi…?"
Rupanya dia sedang kesal dengan
suami. Suaminya yang penghasilannya sebagai tukang ojek tidak sampai 100ribu
perminggu, nekat minjam uang untuk membeli televisi. Uang yang dipinjam
sebanyak 500.000. sementara gaji tetap sumbernya hanya dari si Bibi sendiri
yang bekerja di rumahku. Si Bibi pun meluapkan kekesalannya sambil menangis. Dia
kesal karena suaminya ngga bisa diandalkan untuk mencari nafkah. Sekalinya dapat
uang dipakai untuk beli rokok dan kesenangannya saja. Lalu tanpa bicara dulu,
seenaknya meminjam uang ke orang lain untuk beli televisi.
Si Bibi merasa terbebani, karena
beban hutang mau tidak mau dia yang
tanggung. Padahal rumahnya hamper rubuh belum diperbaiki.
Duh Gusti…. Ampuni aku yang sering
alpa dalam bersyukur… Kejadian tidak menyenangkan yang kualami tidaklah
sebanding dengan kesusahan yang dialami si Bibi. Aku punya suami yang sangat
baik, bertanggung jawab, dan sholeh. Sangat berbeda dengan suami si Bibi, yang
tidak pernah sholat, sering alpa memberi nafkah, dan sering merusak perabot
bila marah.
3 komentar:
Duh perih baca tentang si bibi .... banyak memang kejadian seperti itu, Mbak :(
Alhamdulillah ya msh diberi kesempatan utk belajar dari sekeliling :)
iya, Mbak Mugniar... harus lebih sering-sering buka mata buka telingga
Perih memang mak, lihat si bibi cerita sambil nangis :(.
smoga bibi diberi kesabaran...
Posting Komentar