16/11/16

Mimpiku

Tempat tinggal saya bisa dibilang nyaris tanpa tantangan berarti dari segi fasilitas.

Tapi memang ada satu problem yang saya temui. Problem ini bisa saja terjadi di kebanyakan pemukiman.

Penumpukan sampah dan lingkungan yang gersang.

Pengelolaan sampah masih sangat tergantung dengan kedatangan petugas kebersihan yang hanya 2 x seminggu. Belum lagi kalau ada halangan. Misalnya, jalan akses satu-satunya tidak bisa dilewati truk sampah karena rusak. Atau hari hujan terus menerus, sehingga truk sampah sulit beroperasi.

Sampah kemudian menumpuk di depan rumah warga.

Kerpihatinan lainnya adalah, banyak rumah warga yang sudah tidak memiliki pekarangan tanah, karena sudah dipelur, dikeramik, atau malah habis untuk bangunan. Memang setiap warga berhak untuk membuat apapun selama di tanahnya sendiri. Tapi, disini menunjukkan masih rendahnya kepedulian warga tentang pentingnya menyisakan pekarangan tanah walau sedikit.

Pekarangan tanah ini sangat bermanfaat untuk:
1. Ruang resapan air hujan
2. Membuat lubang biopori. Lubang biopori ini banyak manfaatnya. Bisa menjadi tempat penampungan sampah organik. Sehingga bisa mengurangi masalah sampah. Sampah yang dimasukkan ke lubang biopori akan terurai dan malah menyuburkan tanah. Sehingga, kita bisa mendapatkan tanah yang subur untuk ditanami.
3. Menanam berbagai macam tanaman, seperti sayuran, buah, tanaman obat, atau bunga-bungaan.
Poin yang ketiga ini memang tidak harus dilakukan di pekarangan tanah, karena masih bisa di lakukan dengan memanfaat kan pot tanaman.
Terkait pot tanaman, kita bisa menggunakan kemasan-kemasan bekas yang berbahan plastik atau kaleng. Sehingga membantu mengurangi sampah plastik.

Jadi, saya punya mimpi, dan mungkin ini misi hidup saya, untuk membuat lingkungan sekitar rumah menjadi lingkungan yang:
1. Hijau dan cantik
2. Swa pangan minimal untuk konsumsi sayur, bumbu, buah, dan obat.
3. Zero waste, dengan memanfaatkan secara optimal sampah yang kita hasilkan.

Saat ini, saya masih jauh dari impian. Tapi langkah kecil sudah saya mulai.
Memanfaatkan pekarangan tanah yang ada di rumah kontrakan saya (iyaa masih ngontrak) untuk menanam tanaman buah dan tanaman hias, juga untuk resapan air.

Terkadang membuang sampah sisa makanan ke pojok pekarangan untuk dimakan hewan seperti burung atau kucing. Atau habis terurai mikroba tanah. Belum optimal. Karena belum memiliki alat biopori. Mudah mudahan dalam waktu dekat bisa dilaksanakan.

Dan saya sudah memulai menanam bibit sayur. Alhamdulillah sedikit demi sedikit sudah memetik hasilnya.

Bismillah... Cita cita yang berat. Semoga Allah meridhoi.
Laa haula wa laa quwwata illa billah...

Tidak ada komentar:

Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...