02/12/13

Perlukah Bagi-Bagi Kondom



Tadi malam aku baru tahu kalau sekarang Indonesia (atau dunia?) sedang ‘memperingati’ pekan kondom sedunia. Aku mengetahuinya dari postingan Ustad Felix di Fan Pagenya. Dia menyesalkan kenapa harus ada acara bagi-bagi kondom gratis? Seolah-olah ingin melegalkan perzinahan dengan bersembunyi di balik istilah safe sex. Safe sex itu bukan berzina dengan kondom. Safe sex itu adalah berhubungan hanya dengan pasangan yang sudah dinikahi!

Aku sepakat! Tidak perlu menuduh orang munafik jika ada orang punya pendapat bahwa bagi-bagi kondom itu seperti melegalkan perzinahan.

“Ya Rabb.... jauhkanlah keluarga kami dari perbuatan keji itu Ya Rabb... lindungilah kami, lindungi anak-anakku ya Allah dari perbuatan yang Kau murkai. Ya Rabb.... mampukan kami sebagai orangtua untuk membimbing mereka menjadi generasi Rabbani. Menjadi pribadi yang mencintai Engkau, takut pada Engkau, dan berani menegakkan kebenaran dengan cara penuh kasih.”

Mengurangi penyebaran penyakit kelamin adalah dengan cara menghindari free sex atau seks pranikah. Monogami, dan setia pada pasangan. Kalaupun sudah terlanjur ada yang terkena, baru memakai kondom supaya tidak menularkan pasangannya. Bukan menjadikan kondom sebagai benteng pertama!

Memang menghindari zina tidak cukup hanya dengan dibekali iman. Karena dalam keadaan tertentu ketika semua situasi mendukung, zina bisa saja terjadi sealim apapun orangnya. Karena saat itu, dorongan nafsu sudah tak bisa dibendung lagi oleh keimanan. Yang perlu dilakukan adalah... sedari awal menjauhkan diri dari perbuatan yang mendekatkan kita pada zina. Mending langsung menikah. Masih terlalu kecil? Kalau gitu yang perlu ditingkatkan adalah pembinaan supaya anak bisa baligh sekaligus aqil  secara bersamaan.

Yang terjadi sekarang ini, masa baligh terlalu cepat, tapi pencapaian aqil terlambat. Sehingga muncul ‘makhluk-makhluk’ bernama remaja. Seharusnya remaja tidak perlu ada, seharusnya kalaupun ada, tidak perlu rentang usianya terlalu lama. Remaja adalah masa galau. Seharusnya, dari anak-anak langsung menjadi dewasa. Bagaimana caranya?

Menyiapkan keterampilan hidup sejak usia anak-anak (usia sekolah dasar). Keterampilan seperti: kemampuan mengambil keputusan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menganalisis masalah, termasuk kemampuan berwirausaha. Jangan memanjakan anak dengan fasilitas.

Ketika anak sudah terbekali dengan semua keterampilan itu, pemikirannya akan lebih matang. Anak akan selalu berpikir mencari kegiatan yang bermanfaat dan berguna. Ketika memasuki masa Baligh pun mereka akan  lebih bisa mengambil sikap yang tepat. Kalaupun menikah dini, mereka sudah siap baik secara sosial, seksual, maupun finansial.

Solusi dari penyebaran penyakit kelamin adalah menghindari zina. Cara menghindari zina adalah tidak pacaran, atau menikah dini bagi yang sudah siap.

Yang paling sedih, kondom dibagikan di kampus UGM dengan memakai bis bergambar Ju Pe???

Malu jadi almamater UGM!

Menulis ini terus terang menjadi beban buat saya. Saya ibu dari 2 anak lelaki. Mengingat seks bebas sekarang bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan pelajar SMP sekalipun, membuat saya punya kekhawatiran tersendiri. Tapi tetap bagi saya membekali anak yang belum menikah dengan kondom ketika mereka sudah sexually active bukan jadi pilihan bagi saya. Lebih baik bagi saya untuk berusaha sebaik mungkin memberikan bimbingan berkelanjutan sejak dini hingga mereka berusia baligh. Bimbingan, keakraban, dialog-dialog, rasa percaya. Selebihnya... saya meyakini kekuatan doa.

Al Azhom, Tangerang
2 Desember 2013





Tidak ada komentar:

Jurnal 25 Juli 2024

 Aku bersyukur untuk hari ini. Aku membersihkan rumah mencuci dan melakukan banyak hal yang ada di checklist ku. Alhamdulillah Tapi sekaligu...