06/01/25

Tahun 2024, Tahun Kemunduran Terparah dalam Pengembangan Diriku

Iya, tahun 2024 ini adalah tahun kemunduran terparah bagi perkembangan kepribadianku. Begini ceritanya.

Aku memang aslinya orang yang introvert, canggung dalam pergaulan sehingga ga mudah bergaul, insecure, temperamental. Ingat dulu selama masa kecil sampai sekolah aku tipe anak yang sulit secara emosi dan sosial. Aku cengeng, mudah ngambek. Sejak SD sampai SMA aku adalah anak pendiam, pemalu, ngga pedean. Ya Allah pokoknya semua sifat buruk ada di aku. Mau berubah itu sulit banget. 

Tapi mulai SMA kelas 3 aku mulai kebantu dalam pergaulan karena ketemu dengan teman-teman yang baik, mau berteman dengan aku yang ngga luwes bergaul. Semakin berkembang lagi ketika kuliah. Teman-temanku, baik setingkat maupun kakak tingkat, semuanya baik. Mereka bantu aku berkembang dan belajar banyak hal. 

Lalu setelah menikah, masa yang paling aku ingin ulang kembali adalah ketika anak pertamaku sekolah di Sekolah Alam Tangerang, dan tinggal di Jl. Albasia Taman Royal 3. Masa-masa ini, alhamdulillah aku dikelilingi orang-orang baik dan ramah. Baik beneran baik dan tulus. Aku berhubungan baik dengan sesama wali murid di sekolah anak pertamaku itu. Aku bahkan tergabung dalam kepengurusan komite selama kurang lebih 4 tahun di sana. Aku ikut banyak kegiatan bersama keluarga besar Sekolah Alam, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti camping bersama. Walau aku masihlah orang yang canggung sebenarnya, tapi aku masih berusaha untuk mengatasi perasaan ini. Di lingkungan tetangga pun hubunganku dengan mereka cukup baik. Aku sering ikut arisan ibu-ibu, dan kegiatan sosial lainnya. 

Menjelang kelulusan anakku dari SD, aku mulai jarang ke sekolah tapi masih datang ke kajian sesama wali murid. Kegiatan mengikuti kajian itu masih aku ikuti sampai akhirnya pandemi melanda. Mulai saat itu, kegiatan kajian dilakukan online. Di lingkungan rumahku, selama 9 tahun aku di sana, mulai 4 tahun terakhir aku mulai berkurang ikut kegiatan arisan, mulai jarang main sore. Mager di rumah. Endingnya, aku pindah dengan begitu saja, tanpa perpisahan yang indah. Ini yang kusesali sekali sampai sekarang. Bukan mauku juga, tapi sebenarnya aku masih punya pilihan. Ya Allah.... udahlah itu aku nyesel banget sampai sekarang. Sudah dikasih sama Allah lingkungan tetangga yang baik, yang ngga ada drama-drama, eh... aku ngga bisa menjaganya. 

Penyesalan kedua adalah sejak aku pindah di November 2021, aku sulit ikut kajian dengan teman-teman sesama alumni wali murid. Mereka itu udah kaya sahabat buat aku, tapi aku ngga bisa merawat tali persahabatan dengan manis. Kendalanya di kemampuan komunikasi yang sangat kurang, rasa insecure yang belum bisa hilang ini, dan karakter introvertku. Sebenernya ngga semua introvert itu suliat bergaul. Banyak para introvert itu bisa punya kemampuan komunikasi yang bagus, dan masih bisa menjalin networking yang baik. Tapi, introvertku ngga berdiri sendiri. Ada masalah tidak percaya diri (insecure), ada mental block yang belum bisa aku singkirkan. 

 Di awal-awal kepindahanku ke Legok, aku masih berusaha untuk menjalin komunikasi dengan tetangga sebisaku. Aku merasa, orang-orang di sini walau baik, tapi ngga seramah di Albasia, ngga se-welcome di Albasia. Ya memang ini cuma aku rasakan sendiri, karena memang masalahnya di aku. Aku merasa lebih sulit berbaur dengan tetangga di sini, lebih ngga tau mau ngobrolin apa sih. Alhasil, mulai akhir-akhir 2023 menjelang 2024, aku sudah mulai males bersosialisasi. Menghindari ketemu tetangga di luar, males beramah-tamah. Awalnya aku merasa nyaman ngga perlu mengeluarkan energi untuk bersosialisasi dengan tetangga dengan menjalani hidup dalam 'persembunyian' ini. Lama-lama, aku malah jadi tambah kesepian. Merasa bukannya jadi pribadi yang lebih maju dan berkembang, malah makin mundur dan 'layu'. Tambahan lagi, aku masih sulit dapat izin dari suami untuk ikut kajian dengan teman-teman di Tangerang Kota (alumni wali murid) karena jaraknya terlalu jauh dan aku ngga boleh terlalu lama ninggalan Hanan sendiri di rumah. 

Di luar kemampuan bersosialisasi dan komunikasiku yang sangat kurang ini, aku juga harus menghadapi sikap anak keduaku yang 'sulit'. Ditambah lagi, menghadapi mentalku sendiri yang juga 'sulit'. 

Setelah aku pikir-pikir ulang, aku memang terlalu lemah menghadapi kelemahanku sendiri. Aku membiarkan kelemahanku mensabotase diriku terus menerus, tanpa menguatkan diri untuk melawannya. 

Jadi kalau ada resolusi yang harus aku buat di tahun 2025 ini adalah:
1. Menguatkan diri untuk melawan 
Jadi....
Aku harus 

02/01/25

Jogja, Here We Come

Bulan November tepatnya tanggal 13-16 November, Si Ayah ambil cuti dan kami sekeluarga melakukan perjalanan ke Jogja dan Rembang. Tujuan perjalanan ini yang pertama adalah ya liburan, yang kedua adalah konsultasi ke psikolog, yang ketiga adalah menengok Mas Zhafi di pondok. 

Kok konsultasi ke psikolog sampai ke Jogja? Ya ini maunya ayahnya anak-anak. Udah lama aku bujuk Si Ayah ini untuk ngajak Hanan menemui psikolog. Tapi baru kali ini dia mau, itupun psikolognya harus dosennya sendiri (dosenku juga, sih). Ya udah aku ngikut, yang penting Hanan bisa dibantu oleh profesional walau harus jauh-jauh ke Jogja. Toh sekalian liburan juga. 

Kita berangkat hari Selasa, 12 November jam 9 malam. Ya seperti biasa, aku kalau udah di mobil, susah untuk ngga tidur. Hiks... Jadi bangun-bangun tengah malam entah ada di rest area mana, suami lagi istirahat. Singkat cerita kita sampai di Jogja hari Rabu tanggal 13 November sekitar jam 8 pagi. Kami belum tau mau nginap di hotel mana. Alhamdulillah, setelah browsing-browsing dan scrolling-scrolling IG, nemu rekomendasi hotel yang ramah anak dan ramah di kantong. 

Pilihan jatuh di Hotel Fortuna Grande di daerah Seturan. Kami coba datangi langsung dan reservasi on site. Dapat harga lebih murah dibandingkan pesan daring atau lewat aplikasi, Rp 550.000. Ini bukan weekend, ini bukan peak season jadi wajar aja bisa dapat harga segitu. Fasilitas hotel menarik, dari mulai kolam renang, playground (ada 2 tempat), ada mini zoo, wahana bermain anak. Harga segitu sudah dengan sarapan pagi untuk 2 orang dewasa (boleh tambah 1 anak). Sarapannya juga enak-enak! Cuma sayangnya jam check in nya sore banget, jam 3 sore. Agak laen, nih! Biasanya hotel bisa check in jam 1 atau paling siang jam 2. 

Karena masih jam 11, ya terlalu lama kalau nunggu di hotel aja. Padahal udah pengen banget mandi-mandi secara hari itu lumayan gerah. Jadi kita putuskan untuk silaturahim ke rumah sepupuku, Mba Sari. Rumahnya di daerah utara Jogja, daerah Maguwoharjo. Setelah beli buah tangan, kita berkunjunglah ke sana. Lumayan lama di sana, sekitar 1 jam lebih, cuma lupa foto-fotooo.... hiks. Selesai dari sana, kita baru balik ke hotel Fortuna Grande. Alhamdulillah, bisa check in lebih awal 15 menit. Kita buru-buru mandi karena mau segera ajak Fariha main ke mini zoo dan playground sebelum tutup jam 5 sore. 

Fariha dan Hanan lumayan puas main di playground dan mini zoo nya. Fariha main kereta-keretaan, liat hewan-hewan, sementara Hanan main gokart. Sayang ngga ada yang mau naik kuda. Permainan di playground juga bermacam-macam. Setelah puas main, langsung aja kita cari makan malamlah. Jadi nanti habis Maghrib ngga usah keluar lagi cari makanan. Di depan hotel ada restoran Emados. Ada nasi kebuli dan kebab di sana. Enak!

Pagi harinya (Kamis, 14 November), setelah menikmati sarapan yang enak-enak dan bervariasi, anak-anak berenang ditemani ayahnya. Aku lagi berhalangan makanya ngga bisa ikut renang bareng. Setelah puas berenang, masih menyempatkan main sebentar di playground, baru kita check out. Agenda berikutnya adalah ke rumah dosen kami untuk silaturahmi dan konsultasi perihal Hanan. Rumahnya di daerah selatan Jogja, yaitu di Minggiran. Ada sekitar 3 jam lebih kami di sana. Bu Indati dibantu beberapa asisten beliau melakukan serangkaian tes dan wawancara ke Hanan dan ke aku. Setelah semua proses selesai, dan ngobrol santai, kami pamit. 

Malam kedua ini kami menginap di Hotel Royal Brongto. Hotel ini sangat bernuansa Keraton Jogja. Di gerbangnya kami disambut gapura dan 2 bangunan joglo. Bangunan joglo yang pertama adalah semacam pendopo untuk pagelaran seni budaya, di mana di dalamnya ada seperangkat alat musik gamelan dan teman-temannya, dikelilingi oleh kursi-kursi. Bangunan Joglo kedua adalah lobby hotelnya. Hotel ini ada fasilitas kolam renang juga. Punya halaman rumput yang luas. Suasana kamarnya homey, dan kamar mandinya ada bath tub nya. Ini Fariha suka banget. Dia udah puas berendam di bath tub ngga perlu berenang lagi di kolam renang. 

Malamnya makan di mana? Ayah ngajak makan malam di restoran pizza yang otentik nih. Namanya Nanamia Pizzeria. Ini resto pizza asli Italia. Pas masuk resto ini, vibesnya Eropa banget, scent nya juga berasa lagi di Eropa. Makanan yang kita pesan waktu itu pizza, pasta lasagna, dan satu lagi spagheti. Semua enak-enak. 

Keesokan harinya (Jumat, 15 November), kami check out pagi jam 7. Fariha udah mandi di bath tub lagi, menghindari drama anak ngambek, wkwkwk. Agenda hari ini adalah ke Sarang, Rembang, menengok Mas Zhafi. Perjalanan dari Jogja ke Sarang sekitar 7 jam termasuk sholat Jumat. Kita sampai di Sarang sekitar jam 2 siang, ketemuan di restoran. Setelah ngobrol dan jajan-jajan, sekitar jam 4 sore kami berpisah lagi. Sempat berencana mau menginap di Semarang, tapi tidak jadi. Ayah nyetir seharian dan kami berhenti istirahat di rest area (lupa di mana). Alhamdulillah kami sampai di Jakarta sekitar jam 6 pagi hari Sabtu, 16 November.



Tahun 2024, Tahun Kemunduran Terparah dalam Pengembangan Diriku

Iya, tahun 2024 ini adalah tahun kemunduran terparah bagi perkembangan kepribadianku. Begini ceritanya. Aku memang aslinya orang yang introv...