27/04/16

Hanan Today...


Awalnya ngga mau sekolah pagi ini. Tapi setelah dibujuk Ibu dengan beberapa cara, berangkat juga sekolah. Tampaknya Hanan senang banget di sekolah hari ini. Main sama teman-temannya, Valisa dan Kaisa. Sempat diajak menengok adik nya Althaf yang baru lahir.

Ternyata, dari sekolah Hanan membawa playdo. Sepulang sekolah, Hanan asyik membuat bentuk bentuk dari playdo. Seperti cacing, orang, dan robot. Ibu bantu membuat bentuk kura-kura dan kupu-kupu. Kemudian minta dibuatkan ikan, rumput laut, dan lain-lain.

Sambil menonton film Inside Out, masih juga dimainkan itu playdo. Sampai tertidur.
Sorenya, setelah bangun tidur, Hanan asyik bermain dengan kucing. Teman temannya, Amigo dan Dinka ikut bergabung bersama Hanan bermain kucing. Hihi… lucunya mereka.

Setelah maghrib, masih saja ceria. Masih ingin keluar bermain sama kucing. Masih tertawa-tawa. Sampai akhirnya masuk kamar Ayah Ibu, dan naik ke kasur. Sudah mau tidur aja. Sempat tidak mau sikat gigi. Tapi setelah digoda oleh Ayah Ibu, akhirnya mau juga sikat gigi. Ayah kasih hadiah istimewa karena Hanan sudah mau sikat gigi. Diayun ayun pakai sarung. Hahaha….

Sebelum tidur, Hanan minta dibacakan buku cerita. Alhamdulillah… hari yang cukup menyenangkan ya, Hanan…


Mudah-mudahan Hanan tidur membawa perasaan gembira ya, Nak…. 
Ibu sayang Hanan.

26/04/16

Bu, Kenapa Harus Ada Hari Kartini?

Beberapa hari yang lalu, Zhafi tiba-tiba mengajak diskusi tentang ‘kenapa harus ada Hari Kartini’.

“Bu, kenapa sih Hari Kartini harus ada? Kenapa harus dirayakan? Memangnya apa jasanya?”

Ya kujawab dengan jawaban standar. Pasti tahu, ya.

“Tapi kenapa justru Kartini yang dimuliakan? Dia muslimah bukan? Kenapa ngga berhijab?”

“Menurut yang Ibu baca, pada waktu dan tempat Kartini hidup saat itu, belum ada Alqur’an yang diterjemahkan. Para guru agama pun tidak ada yang mengajarkan makna Alqur’an, tapi hanya mengajarkan untuk membacanya aja. Tidak boleh diubah ke bahasa lain. Termasuk bahasa Jawa.

Sampai suatu ketika, Kartini bertemu dengan seorang Kyai yang memberikan ulasan tentang makna Al Qur’an. Kepada Kyai tersebut, Kartini menyampaikan keresahannya. Kenapa muslim diwajibkan membaca kitab yang kita tidak boleh tahu artinya. Apa gunanya. Hal itu menyadarkan Kyai. Lalu Kyai tersebut membuat terjemahan Al Qur’an dan memberikannya kepada Kartini. Namun sayang, Kyai tersebut baru menterjemahkan sampai juz 17, tapi kemudian sudah dipanggil menghadap Ilahi.

Perintah untuk menutup aurat ada di surat An Nuur yang ada di Juz  24. Itu alasannya kenapa Kartini tidak memakai hijab. Karena dia belum mendapatkan terjemahan juz berikutnya. “

Namun Zhafi tidak puas dengan penjelasan itu.

“Lalu kenapa harus dijadikan hari khusus? Kenapa pahlawan pahlawan muslim lainnya tidak dijadikan hari Khusus?”

“…”

“Bu, kok ngga jawab?”

“ Tidak semua tokoh pahlawan harus punya hari khusus.”

“ Lha terus kenapa Kartini punya? Menurutku, kita ngga perlu merayakan hari Kartini”

Pada titik ini, emosi dan egonya sudah terasa meningkat intensitasnya. Kalau sudah seperti ini, aku hanya perlu jadi pendengarnya, menyetujui pendapatnya, sambil tetap terus memasukkan pesan moral sejauh yang aku mampu.

“Mas Zhafi benar. Kita mungkin tidak perlu merayakan Hari Kartini. Banyak pahlawan –pahlawan lainnya yang mungkin lebih berjasa bagi negara dan kehidupan bangsa Indonesia saat ini. Tugas kita adalah, banyak membaca dan banyak belajar dari tokoh-tokoh pahlawan Indonesia. Mengambil teladan dari perjuangan mereka.”

Dan diskusi pun mereda.


Hari-hari Bersama OAT

Sudah sejak bulan Mei aku akrab dengan OAT alias obat anti tuberkulosis. Sejak Fariha divonis positif TB, rutinitas bertambah setiap pagi. S...